Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Gaya Hidup

Bukan Hanya Toxic Masculinity, Toxic Femininity Juga Berbahaya

:: Anatasia Wahyudi
8 Maret 2021
dalam Gaya Hidup
Bukan Hanya Toxic Masculinity, Toxic Femininity Juga Berbahaya

Contoh toxic femininity atau feminitas beracun. Sumber foto: Kumparan.com

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Disaat banyak perempuan yang menggaungkan kesetaraan gender, ada di antara mereka yang melakukan toxic femininity. Apa itu toxic femininity?

Toxic femininity atau feminitas beracun ialah standar yang dianggap normal oleh masyarakat tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan atau pun dimiliki oleh kaum hawa.

Secara harfiah, konsep tentang feminitas atau juga hal-hal yang dianggap memiliki sifat perempuan yang sebenarnya mengandung racun karena dapat menghalangi perempuan dapat maju serta berkembang.

Berikut ini daftar anggapan beracun yang harus dimiliki oleh perempuan agar memenuhi standar masyarakat dan sering kali dilontarkan oleh perempuan kepada perempuan lainnya.

BACAJUGA

Kenapa Perempuan Bersikap Kasar kepada Perempuan Lain?

Kenapa Perempuan Bersikap Kasar kepada Perempuan Lain?

15 Januari 2023
hari anak perempuan sedunia

11 Oktober, Hari Anak Perempuan Sedunia: Sejarah dan Tujuannya

11 Oktober 2022

1. Perempuan harus bisa masak

Masak itu bukan keharusan melainkan hobi. Jika tidak bisa masak apakah berdosa? Perempuan yang tidak bisa memasak bukan berarti mereka bukan perempuan, akan tetapi ada alasan dibalik itu semua.

Ada juga perempuan yang bisa masak, tetapi tak punya waktu karena sibuk bekerja dan sudah kelelahan setelah tiba di rumah. Suaminya memahami dan tidak memaksa istrinya untuk memasak, tapi kenapa kalian yang repot?

Lagi pula, bukankah lebih baik menghormati orang lain? Belum tentu kita lebih baik dari mereka. Berhentilah menghakimi atas standar yang dibuat.

2. Harus pandai mengurus rumah

Masak, mengurus rumah, seolah perempuan hanya berurusan dengan dapur, sumur dan kasur. Mengurus rumah seperti mencuci, menyapu, dan lain sebagainya merupakan life skill. Artinya tidak hanya perempuan, laki-laki juga harus bisa.

Perempuan yang tidak bisa mencuci pakaian, apa salahnya? Jika ada mesin cuci di rumahnya atau ia bisa membayar jasa laundry untuk urusan itu. Atau juga vacuum cleaner untuk urusan kebersihan rumahnya. Ayolah, hal seperti ini tak perlu diributkan lagi!

3. Tak perlu sekolah tinggi-tinggi

“Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi. Nanti juga urusannya dapur, sumur, dan kasur,”

Hei, urusan pendidikan tidak ada batasan soal gender. Mau perempuan atau laki-laki berhak untuk melanjutkan sekolah setinggi-tingginya jika ia mampu baik secara finansial maupun mental.

Tak perlu mencampuri urusan pendidikan orang lain. Malu sama R.A Kartini yang sudah memperjuangkan emansipasi perempuan jika masih ada pemikiran seperti ini!

4. Perempuan itu lemah lembut

Jadi perempuan itu serba salah. Lemah lembut kadang dianggap sok manis, cari perhatian, dan judge lainnya yang tidak mengenakkan. Sedangkan saat tidak lemah lembut, “Perempuan kok gitu? Gak ada lembut-lembutnya. Blablabla,” Kami kudu piye, toh?

5. Harus pandai merawat diri

Bangun jam 5 pagi. Masak, urus kebutuhan rumah, tidur selalu paling akhir setelah semua urusan di rumah beres. Kalau begitu mana ada waktu merawat diri?

Belum lagi biaya perawatan yang tidak sedikit. Katanya bisa memakai bahan alami, yang murah – meriah. Waktu untuk rehat saja tidak ada, ini harus membuat racikan perawat badan dengan bahan alami. Plis, deh jeung!

Feminitas beracun adalah nyata. Kondisi ini terjadi ketika perempuan menggunakan gendernya untuk mendapatkan privilege. Sama dengan maskulinitas beracun, feminitas beracun merupakan produk dari masyarakat serta sistem yang sangat patriarkal dan karenanya perlu adanya pemeriksaan lebih lanjut.

Mungkin, Anda menganggap ini sepele. akan tetapi tidak bagi korban yang menghadapi masalah ini. Berdasarkan temuan studi pada tahun 2014 yang dilakukan Workplace Bullying Institute, perempuan lebih suka menjadi penindas bagi sesama gender dengan persentase 68 persen perempuan menjadi target dan 32 persen targetnya ialah laki-laki.

Pada zaman dinasti Tang, selir muda sering disiksa oleh selir yang lebih tua. Hal ini dikarenakan para selir muda dianggap ancaman untuk posisi mereka. Sedangkan di saat ini, banyak perempuan yang melakukan cyberbullying terhadap perempuan karena hal yang dianggap tidak sesuai.

Contoh yang sering terjadi ialah body shaming. Ketika perempuan tidak memiliki badan ideal, komentar buruk terhadap fisik mereka menyerang. Seakan perempuan tersebut tidak dapat merawat diri dengan baik. Atau saat perempuan memiliki kerutan di wajah. It’s their life, dear!

Saat berbicara soal kesetaraan gender, perlu melihat secara terbuka baik itu dari sisi perempuan maupun laki-laki. Perempuan dapat menghancurkan perempuan lainnya. Dalam hal ini dengan menggunakan feminitas beracun yang sering kali dianggap biasa, namun tidak bagi yang menerimanya.

Ladies, berhentilah menyakiti kaummu sendiri hanya karena Anda merasa diri lebih baik dengan menggunakan standar yang diberlakukan oleh masyarakat. []


Editor: Yusnaeni

Topik: feminitas beracunHari Perempuan SeduniaperempuanToxic Femininity
Anatasia Wahyudi

Anatasia Wahyudi

POS LAINNYA

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?
Gaya Hidup

Kenapa Kita Menangis Saat Menonton Film?

26 Januari 2023
Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami
Gaya Hidup

Risiko Bergantung Secara Finansial pada Suami

24 Januari 2023
permakultur
Gaya Hidup

Permakultur, Adab dan Gaya Hidup Kembali Ke Alam

23 Januari 2023
40 Kata Bijak Konfusius
Gaya Hidup

40 Kata Bijak Konfusius

21 Januari 2023
Mengatasi Luka Lebam dan Memar Akibat Main Lato-lato
Gaya Hidup

Mengatasi Luka Lebam dan Memar Akibat Main Lato-lato

18 Januari 2023
Mengenal Istilah Nomofobia
Gaya Hidup

Mengenal Istilah Nomofobia

15 Januari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Simpang Lima Senen dan Kearifan Lokal Betawi

Simpang Lima Senen dan Kearifan Lokal Betawi

Ekonomi Perempuan

Hari Perempuan Sedunia, Pelaku UMKM Perempuan dan Dominasi Bisnis Online

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

peran mahasiswa

Didik J Rachbini: Peran Mahasiswa Sekarang Bertanggungjawab Menyuarakan Kebenaran

27 Januari 2023
Relawan ANIESWANGI Hadiri Peresmian Graha Restorasi Partai Nasdem

Relawan ANIESWANGI Hadiri Peresmian Graha Restorasi Partai Nasdem

27 Januari 2023
Jabatan Kades

Desa Bisa Jadi Sarang Korupsi Kalau Jabatan Kades Diperpanjang

27 Januari 2023
Proyek Meikarta

Deret Masalah Meikarta: Izin Seret, Proyek Mangkrak, hingga Kecewakan Konsumen

27 Januari 2023
normalisasi

Normalisasi Perburuk Sedimentasi Sungai, Ciliwung Institute Kritik Keras Jokowi

27 Januari 2023
Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

Impor Gula Akan Meningkat Tahun 2023

26 Januari 2023
Demo Kepala Desa

Perpanjangan Masa Jabatan Kepala Desa Dinilai Ugal-ugalan

26 Januari 2023

SOROTAN

Jabatan Kades
Sorotan Redaksi

Desa Bisa Jadi Sarang Korupsi Kalau Jabatan Kades Diperpanjang

:: Ananta Damarjati
27 Januari 2023

Korupsi di desa tinggi, perlu perbaikan tata kelola, bukan perpanjangan masa jabatan kades. BARISAN.CO – Dewan Perwakilan Rakyat musti cermat...

Selengkapnya
Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

25 Januari 2023
Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

Mengapa Ridwan Kamil Baru Sekarang Masuk Parpol?

23 Januari 2023
Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

Dua Jalan Sehat dalam Satu Hari

22 Januari 2023
Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

Imlek, Kesetaraan, dan Keadilan di Jakarta

22 Januari 2023
BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

BIN Ingatkan Potensi Ancaman 2023 Ekonomi Bakal Gelap, Kenapa Pemerintah Tak Hentikan Bangun Infrastruktur Mercusuar?

21 Januari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang