Kinerja sektor industri pengolahan masih belum bisa dikatakan menggembirakan. Kinerja tahun 2021 memang jauh lebih baik dari tahun 2020, namun masih belum bisa dikatakan pulih
SEKTOR industri pengolahan tumbuh 3,39% pada tahun 2021, setelah alami kontraksi atau tumbuh minus 2,93% pada tahun 2020. Sektor ini selalu tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi sejak tahun 2012. Secara rata-rata tumbuh 4,65% selama era tahun 2011-2019, sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,33%.
Kontribusinya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 0,70% pada tahun 2021. Lebih baik dari tahun 2020 yang minus 0,61 %. Namun, lebih rendah dari sumbangan rata-ratanya di kisaran 1,00% pada tahun 2011-2019.
Porsinya atas Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 19,25%. Meski masih yang terbesar, porsinya cenderung menurun. Sebagai gambaran, porsinya 22,04% pada tahun 2010, dan 21,08% pada tahun 2014.
Sektor industri pengolahan menyerap 18,69 juta orang atau 14,27% dari total pekerja per Agustus 2021. Kinerja pertumbuhan yang kurang tinggi berdampak tidak membaiknya pendapatan pekerja secara signifikan. Rata-rata pendapatan bersih sebulan pekerja per Agustus 2021 sebesar Rp2,55 juta, hanya sedikit membaik dari Agustus 2020 yang sebesar Rp2,54 juta.
Meski secara keseluruhan sektor industri pengolahan tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi, namun ada empat subsektornya yang tumbuh sangat tinggi pada tahun 2021. Yaitu: industri alat angkutan (17,82%), Industri Logam Dasar sebesar 11,50%, industri mesin dan perlengkapan (11,43%), serta Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional (9,61%).
Industri alat angkutan tampak tumbuh luar biasa karena sebelumnya alami kontraksi, yaitu minus 19,86%. Ada faktor perhitungan basis data yang rendah (low base effect). Bahkan, telah mengalami kontraksi pada tahun 2019, yaitu minus 3,43%.
Nilainya atas dasar harga konstan tahun 2021 sebesar Rp187,75 triliun memang tumbuh 17,82% dibanding tahun 2020 yang sebesar Rp159,40 triliun. Namun lebih rendah dibanding tahun 2019 yang sebesar Rp198,85 triliun. Dengan kata lain, produksi riil tahun 2021 masih lebih rendah dari tahun 2019.
Subsektor ini mencatatkan laju pertumbuhan yang fluktuatif selama 2011-2019, artinya tidak berkaitan dengan pandemi. Secara rata-rata tumbuh sebesar 4,56%, atau di bawah seluruh industri pengolahan (4,65%) dan pertumbuhan ekonomi (5,33%).
Porsinya pada tahun 2021 terhadap sektor industri pengolahan sebesar 7,48% dan terhadap PDB sebesar 1,48%. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya sekitar 420 ribu orang pada tahun 2020. Porsinya atas pekerja sektor industri pengolahan sebesar 2,24%, serta sebesar 0,32% dari total pekerja.
Industri logam dasar memang cenderung tumbuh lebih tinggi dari sektor industri pengolahan dan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011-2019 mencapai rata-rata pertumbuhan sebesar 6,06% per tahun. Pada tahun 2020 ketika terjadi pademi pun masih bisa tumbuh sebesar 5,87%.
Porsinya pada tahun 2021 terhadap sektor industri pengolahan sebesar 7,48% dan terhadap PDB sebesar 1,48%. Sedangkan jumlah tenaga kerjanya sekitar 250 ribu orang pada tahun 2020. Porsinya atas pekerja sektor industri pengolahan sebesar 1,33%, serta sebesar 0,19% dari total pekerja.
Industri mesin dan perlengkapan tercatat tumbuh berfluktuasi dengan rata-rata sebesar 3,82% pada tahun 2011-2019. Kecenderungannya lebih rendah dari keseluruhan sektor industri pengolahan dan pertumbuhan ekonomi. rata-rata 3,82%
Industri mesin dan perlengkapan juga tumbuh tinggi karena faktor perhitungan basis data yang rendah (low base effect). Mengalami kontraksi atau tumbuh minus 10,17% pada tahun 2020 dan minus 4,13% pada tahun 2019.
Pertumbuhan yang tinggi pada tahun 2021 baru mengembalikan tingkat produksi riilnya setara dengan tahun 2019. Nilai subsektor atas dasar harga konstan tahun 2021 hanya Rp32,91 triliun. Sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp32,88 triliun.