Scroll untuk baca artikel
Blog

Catatan Seputar Burung Kalkun, dari Merajai Skena Kuliner Eropa Hingga Jadi Simbol Negara

Redaksi
×

Catatan Seputar Burung Kalkun, dari Merajai Skena Kuliner Eropa Hingga Jadi Simbol Negara

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COBurung kalkun barangkali adalah hewan yang penamaannya teramat pelik di dunia. Mari kita simak pelahan-lahan: Di Inggris, burung ini diberi nama turkeys (yang artinya ‘burung dari Turki’). Tapi di Turki ia disebut hindi, yang secara makna sama dengan ketika di Prancis burung ini disebut d’inde (burung dari India)—Anehnya, di India sendiri kalkun dinamai peru (burung Peru).

Sementara itu bahasa Bulgaria menyebutnya misirka (burung Mesir). Penamaan yang berbeda juga berlaku di jazirah Arab yang menyebut kalkun sebagai deek roumi (ayam jantan Yunani), padahal di Yunani sendiri disebut gallopoula (burung Prancis).

Kita di Indonesia menyebutnya dengan mengambil ejaan bahasa Belanda kalkoen, yang punya arti ‘burung dari Kalkuta’—sebuah daerah di India. Selain yang sudah-sudah disebut, sebetulnya masih banyak penamaan yang amat beragam di tiap negara.

Pertanyaannya: dari mana sebetulnya asal-muasal burung bergelambir merah ini? Bukan di semua tempat yang disebut di atas: Meksiko.

Ya, burung berwajah suram ini sejatinya merupakan endemik Negara Meksiko. Lebih tepatnya, burung kalkun juncto turki juncto india juncto peru juncto mesir juncto yunani juncto prancis ini banyak ditemui dan secara liar tersebar di Semenanjung Yukatan, sebuah tempat yang memisah Laut Karibia dari Teluk Meksiko.

Barangkali burung kalkun memang demikian punya daya tarik bagi banyak kebudayaan dunia. Mungkin karena daging kalkun cukup lezat. Beberapa literatur bahkan menyebut bahwa kalkun merupakan komoditas ekspor-impor sejak 500 tahun yang lalu.

Dalam buku Karen Davis berjudul More Than a Meal: Turkey in History, Myth, Ritual, and Reality, popularitas kalkun dapat dilacak setidak-tidaknya sejak abad ke-17. Disebut bahwa penduduk Inggris lah yang mengawali tradisi konsumsi kalkun untuk kepentingan hari raya.

Alkisah, pada mulanya orang Inggris sering mengimpor kalkun dari Turki (inilah alasan kenapa orang Inggris menyebut kalkun sebagai ‘turkey’). Namun saat kemudian orang Inggris mulai berbondong mengkolonisasi Amerika Utara, dan menemukan kalkun banyak tersebar di Meksiko, peta distribusi kalkun menjadi berubah.

Singkat cerita, orang Inggris tak lagi sering mengimpor kalkun dari Turki, alih-alih mengangkut langsung dari tanah koloni di Amerika Utara untuk dibawa ke tanah air. Yang unik adalah, meskipun diambil dari Meksiko, orang-orang Inggris tetap menyebut burung bergelambir merah ini dengan sebutan ‘turkey’. Padahal kalau menggunakan logika penamaan mereka, seharusnya mereka menyebutnya ‘mexico’.

Burung kalkun kemudian memainkan peran penting dalam dinamika budaya Renaisans di Inggris. Ia diternak di desa-desa, dijadikan subjek olahraga menembak oleh bangsawan kerajaan, dan disajikan di piring-piring dalam berbagai acara kerajaan dan ritus-ritus keagamaan.

Hal tersebut berujung pada mengakarnya tradisi mengkonsumsi daging kalkun sebagai penganan wajib pada hari raya. Di tanah air Inggris, daging kalkun biasanya dimasak pada hari Natal. Sementara di tanah koloni (Amerika Utara), kalkun lebih sering dikonsumsi—umumnya dipanggang—pada saat perayaan thanksgiving.

Tapi kalkun tak hanya populer sebagai skena kuliner. Di Amerika Serikat, bahkan burung kalkun sempat masuk dalam perdebatan terkait lambang negara. Itu terjadi tepat setelah Amerika Serikat merengkuh kemerdekaannya.

Pada hari ini, mungkin kita mengenal elang botak sebagai lambang negara Amerika Serikat. Namun pada mulanya, pemilihan elang botak itu tak lepas dari kritik.

Adalah Benjamin Franklin, yang menilai elang botak kurang merepresentasikan karakter bangsa Amerika Serikat.