Keduanya pernah saling mencintai. Meski, rasa yang pernah ada itu telah berubah. Sejarah tetap mencatat kisah cinta mereka.
BARISAN.CO – Dulu, keduanya saling menyukai. Memadu kasih. Tak malu-malu melemparkan pujian dan kekaguman satu sama lain.
Namun, seiring waktu berjalan, api cinta itu mulai padam. Tak ada lagi kehangatan antar keduanya. Hanya saling ungkapan dipenuhi kebencian.
Sialnya lagi karena terkenal, keduanya kena gunjing sana-sini. Entah siapa yang memulai pertikaian, semua orang membicarakan mereka dengan penuh hinaan.
Ini yang sedang dialami oleh Johnny Depp dan Amber Heard. Saat keretakan itu terkuak. Karena sosok terkenal, ruang pengadilan disorot.
Johnny sempat dianggap penjahat. Namun, serangan kini mengarah ke sosok Amber.
Fakta-fakta yang terkuak pun menjadi bahan gunjingan. Ada yang menilai gerak-gerik keduanya. Penilaian gestur tubuh. Amber dianggap narsistik. Johnny kemungkinan ada main dengan pengacaranya.
Oh, sial bagi keduanya. Jika diperhatikan seksama, Amber juga menjadi korban. Mungkin tak separah yang dilakukannya kepada Johnny. Namun, keduanya pernah saling mencintai. Meski, rasa yang pernah ada itu telah berubah. Sejarah tetap mencatat kisah cinta mereka.
Jika keduanya kelak memiliki pasangan lain. Publik juga akan melakukan hal yang sama. Membandingkan kisah usang yang diperdebatkan berulang-ulang. Begitulah kita. Senang sekali saat orang lain hatinya terluka. Bukan memberi support malah mendorong mereka ke tersudut dengan olok-olokkan.
Dunia tak selalu seperti yang kita impikan, namun memberi ruang bagi keduanya untuk hidup tenang, seharusnya itu menjadi hal yang patut dilakukan.
Begitu juga dengan selebriti lain yang sedang mengalami masalah. Terkadang kita memihak. Namun, bukan berarti kita berhak memojokkan pihak lainnya.
Ikut campur boleh saja. Seperti yang divisualisasikan dalam drama The Killer’s Shopping List. Saat Ahn Dae Soeng kepo dengan luka di tangan Seo Yul. Saat ibunya juga perhatian kepada Seo Yul karena terlihat selalu sendirian. Dan semua kru toko yang selalu memperhatikan pembeli. Mereka ikut campur karena peduli. Benar-benar peduli.
Akan tetapi, masyarakat kita cenderung usil bukan peduli.
Saat ada yang tertimpa bencana, dighibah. Saat ada yang dirundung kebahagiaan pun jadi bahan omongan.
Kita perlu punya batasan. Mana yang pantas dan tidak pantas untuk ditanya dan dibicarakan. Karena kita tidak pernah tahu rahasia di balik pintu orang lain. Terlebih, masih ada orang yang menolak fakta.
Apakah kita sudah lebih? Tidak juga. [rif]