Orang Jawa, sepemahaman saya hari ini, meyakini falsafah bahwa alam merupakan ungkapan kekuasaan Tuhan. Bahwa kehidupan, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia ini adalah suatu kesatuan yang terkoordinasi dan teratur, suatu kesatuan eksistensi di mana setiap gejala material dan spiritual, mempunyai arti yang jauh melebihi apa yang nampak.
Tersebut pula secara gamblang di kitab suci Islam, “Ke mana saja kamu menghadap wajah, di sanalah Allah ada.” (Al-Baqarah: 115).
Singkatnya, kini kita semestinya tidak perlu risau dengan virus korona, karena ada Tuhan di balik ini semua. Caranya: bersuci. Ya, teruslah bersuci, lantaran tiada yang tersentuh kalam-Nya, “selain mereka yang suci.”
Dan, yang tersentuh kalam-Nya, berarti terlindungi oleh kekuatan yang hadir di balik kosmos, benda-benda, hayawan, peristiwa, yang material, yang immaterial.
Sehingga, hidup di atas kecanggihan digital, akan tetap selaras dengan alam, sesama, dan Tuhan. “Dia sangat tahu segala yang masuk ke bumi dan yang keluar darinya. Ia tahu juga yang turun dari langit dan yang naik ke langit. Dia bersamamu di mana pun kamu berada.” [Luk]