Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Dromologi dan Media Sosial

:: Opini Barisan.co
2 April 2021
dalam Opini
Dromologi dan Media Sosial

Ilustrasi: pixabay.

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp
Oleh: Beta Wijaya

Paul Virilio (1932-2018), seorang filsuf kelahiran Paris, suatu kali menjelaskan sebuah gejala dunia yang ia sebut dalam istilah ‘dromologi’. Gejala yang dimaksud Virilio adalah gejala instan. Jadi gampang-gampanganya, dromologi adalah tentang segalanya yang instan-instan.

Menurut teori Virilio, dromologi adalah tuntutan kecepatan atau segala sesuatu yang menawarkan nilai yang sifatnya seketika. Gejala ini tentu saja penting didedah. Apalagi itu sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada hari-hari sekarang.

Virilio melihat ada yang salah dari gejala serba cepat itu. Ia misalnya pernah mengatakan, “How can we live is there is no more here and everything is now”.

Ungkapan itu memang terdengar berbelit-belit dan lumayan alot dicerna apa maksudnya. Tapi kita tetap bisa menebak-nebak kegelisahaan Virilio. Mungkin baginya, ketika segalanya bergerak terlalu cepat, ruang dan waktu rasa-rasanya tidak lagi bisa dinikmati.

BACAJUGA

figur menteri

INDEF: Figur Menteri Lebih Populer Daripada Lembaganya

24 Desember 2022
Kebencian, Fake News, & Filter Bubble

Kebencian, Fake News, & Filter Bubble

9 November 2022

Selain ruang dan waktu, kemungkinkan besar Virilio juga bermasalah dengan konsep jarak yang semakin non-distingtif. Hari ini, tidak ada lagi jarak yang mengikat seseorang. Dunia seakan tak punya lagi hambatan bagi manusia untuk saling terhubung ‘sekarang’ dan ‘di sini’, atau absolute presentness kalau meminjam bahasa sosiolog Karl Mannheim.

Tentu media sosial menjadi subjek penting dalam pembahasan dromologi. Mengingat, media sosial tidak terpaut ruang dan waktu, juga media sosial ini sifatnya cepat terpublikasi. Ketika seseorang mengunggah konten pada akun media sosialnya, maka secara realtime saat itu juga seluruh belahan dunia mampu mengaksesnya.

Pada tahun 2021 separuh lebih penduduk bumi—atau setara dengan 4,2 miliar manusia—telah mempunyai media sosial. Dan ada sejumlah 5,22 miliar manusia yang memiliki gawai. Mengacu dengan populasi manusia saat ini yaitu sekitar 7,8 miliar orang, itu menunjukkan 66% manusia memiliki ponsel dan 54% dari total populasi umat manusia terhubung di media sosial.

Apa artinya itu semua? Artinya, ada lebih dari separuh penduduk bumi yang hidupnya serba grusa-grusu.

Inilah barangkali mengapa kita perlu untuk memahami dromologi lebih jauh. Lebih-lebih, selalu ada konsekuensi atas pilihan cara manusia membangun peradabannya. Dengan begitu maka kehidupan grusa-grusu jelas membawa akibat yang perlu diantisipasi.

Akibat Dromologi: Piknolepsi

Dalam kaitannya dengan perkembangan peradaban manusia, tentu fenomena dromologi tidak terjadi begitu saja. Virilio membagi dromologi ke dalam 3 tahapan. Pertama, di awal modernisme, ketika ada semacam perlombaan mencipta alat-alat inovatif. Kedua, di akhir modernisme, di mana manusia telah berubah kultur menjadi manusia yang konsumtif. Ketiga, di masa post-modernisme, di mana manusia menuntut kecepatan dalam segala aspek penunjang kehidupannya.

Ketiga tahapan itu barangkali dapat dibaca sebagai fase yang saling memengaruhi. Fase pertama mengakibatkan terjadinya fase kedua dan fase kedua mengakibatkan fase ketiga. Hukum urutan yang sama juga berlaku pada fase ketiga menuju fase selanjutnya.

Apa fase selanjutnya setelah fase ketiga? Jelas bahwa ada akibat dari dunia yang terus berlari. Dalam bahasa Virilio, setiap tercipta sebuah inovasi tercipta pula sebuah kecelakaan. Sebagai contoh, ketika manusia menciptakan sepeda motor, maka saat itu pula kecelakaan-kecelakaan sepeda motorpun secara otomatis tercipta.

Jadi, segala sesuatu yang diciptakan akan berisiko mencelakakan. Segalanya akan bertambah buruk jika penggunaan ciptaan itu tidak disertai dengan pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam dunia dromologi Virilio, apabila manusia tidak membatasi diri atas tuntutan memperoleh kecepatan dari segala hal, ditambah bila manusia juga melupakan nilai-nilai humanismenya, maka hanya akan timbul ‘piknolepsi’ (atau mungkin bisa diterjemahkan secara sembarangan menjadi ‘kejang peradaban’).

Dalam kaitannya dengan penggunaan media sosial, barangkali hoaks adalah termasuk piknolepsi atau kejang peradaban yang dimaksud oleh Virilio itu. Hoaks adalah piknolepsi yang mencelakakan kita semua. Hoaks bertebaran di mana-mana, menumbulkan kegaduhan, dan tidak membawa keuntungan apapun kecuali terhadap segelintir orang jahat.

Hoaks mungkin sudah merupakan piknolepsi yang sulit dihindari. Kita terbukti jarang mampu mengkontrol jari-jemari secara bijak. Ketika mendapatkan berita yang bersifat kontroversial, kita sering terjebak atau terprovokasi untuk menyebar-luaskan berita yang sebenarnya tidak jelas sumbernya itu.

Berbagai faktor menjadikan fenomena piknolepsi banyak ditemui di media-media sosial. Selain bahwa emosi kita sering kali kurang teratur saat membaca berita, ditambah perangai media-media online yang bersifat komersil juncto klikbait, sehingga menyebabkan hoaks tersebar bahkan oleh kita sendiri, rasa-rasanya kok dunia ini semakin celaka. []


Beta Wijaya, Staf Barisanco

Topik: DromologiMedia SosialPaul VirilioThe Social Dilemma
Opini Barisan.co

Opini Barisan.co

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur
Opini

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

4 Februari 2023
Geliat Cagar Budaya
Opini

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut
Opini

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura
Opini

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?
Opini

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
Pemilu Serentak Tahun 2024
Opini

Menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024 yang Berkualitas dan Berintegritas

1 Februari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Cornelis de Houtman, Maluku, dan Konflik

Cornelis de Houtman, Maluku, dan Konflik

Kuntowijoyo

Merawat Pak Kunto

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

4 Februari 2023
Kaya Nilai, Simak Keseruan Nobar Balada Si Roy Bareng Relawan Turun Tangan

Kaya Nilai, Simak Keseruan Nobar Balada Si Roy Bareng Relawan Turun Tangan

4 Februari 2023
Jarnas Sanak ABW Bengkulu Terus Berinovasi, Dari Olah Pupuk Organik Hingga Kembangkan Industri

Jarnas Sanak ABW Bengkulu Terus Berinovasi, Dari Olah Pupuk Organik Hingga Kembangkan Industri

4 Februari 2023
Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

Dituding Greenwashing, Shell Dilaporkan

4 Februari 2023
Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

Perkuat Jaringan Jateng, Relawan ANIES Tingkat Kecamatan Kebumen Resmi Dibentuk

4 Februari 2023
3 Petani Pakel

3 Petani Pakel Banyuwangi Ditangkap, Aliansi Masyarakat Sipil Desak Jokowi Segera Selesaikan Kasus Pakel

4 Februari 2023
Geliat Cagar Budaya

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023

SOROTAN

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur
Opini

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

:: Yayat R Cipasang
4 Februari 2023

TERLALU banyak kontroversi yang dibuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Padahal lembaga riset biasanya bekerja dalam sepi. Mereka tak...

Selengkapnya
Geliat Cagar Budaya

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

4 Februari 2023
Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

Amerika Bicara Utilitas dan Efisiensi Air Sungai, Indonesia Masih Berkutat dengan Proyek Sodetan dan Buang Air ke Laut

3 Februari 2023
Perlindungan PRT

Rentan Alami Kekerasan, Perlindungan Terhadap PRT Perlu Perhatian Serius

2 Februari 2023
Pakar Hukum: Ditolaknya UAS, Privilege Singapura

Berkongsi Kita Pecah

1 Februari 2023
Taruhan Alphard, sampai Kapan?

Taruhan Alphard, sampai Kapan?

1 Februari 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang