PETINGGI atau orang penting parpol disebut elite. Yaitu orang yang punya kekuasaan, atau bisa juga disebut oligarki: orang yang punya kekuasaan politik dan ekonomi dalam partai politik. Dan, itu sebagian kecil orang saja, yang tentu berbeda dengan orang kecil.
Walau bisa jadi mereka ada dalam parpol yang berjargon partainya orang kecil. Dengan pemahaman, merekalah penentu nasib masyarakat, notabene wong cilik atau rakyat kecil.
Bagaimanakah prakteknya. Praktek seumumnya oligarki dalam perhatian terhadap nasib rakyat kecil. Sungguhkah seluruh aktivitas mereka benar dipertaruhkan demi membela rakyat, dan meningkatkan hajat hidup rakyat.
Secara struktural, institusi mereka kemudian menentukan elitenya sebagai anggota dewan. Merekalah yang mau memperjuangkan aspirasi masyarakatnya.
Muncul kemudian, sejak Soekarno, mereka disebut sebagai wakil rakyat. Tapi di sepanjang sejarahnya makna wakil rakyat mengalami perubahan diksi. Ialah bagaimana mestinya wakil rakyat itu identik dengan petugas rakyat berubah menjadi petugas partai.
Di sinilah terjadinya perubahan struktural sekaligus sosial-kultural. Mereka tidak lagi bergaris mewakili suara rakyat, tapi mewakili suara partai. Suara partai di sini jelas dengan hak dan kuajiban struktur oligarki kepartaian, dengan prinsip politik mereka.
Padahal Renne Descartes menteorikan politik sebagai: politic ia vuil: politik itu kotor. Selama anda sebagai orang bersih janganlah masuk politik yang kotor itu. Kekotoran dimaksud, sila anda mengartikan di dunia dengan dasar politik ekonomi ini.
Bagi anda, orang bersih, tentu akan mengartikan elit (elite) sebagai ekonomi sulit. Lalu berucap pada si vuil: wasalam politik.***