“Semua nabi itu memiliki kekuatan ilmu. Punya kemampuan menelaah, mengkaji, dan menjelaskan. Kemampuan ini harus dimiliki para santri. Terutama belajar logika, ilmu mantik.”
Syahdan, ulama muda asal Rembang itu mewanti-wanti supaya tradisi keilmuan di pesantren terjaga. Karena kenyamanan beriman itu pun ditopang oleh kejelasan pengetahuan yang argumentatif. Karena itulah, semua nabi hadir bi al-ilmi. Para nabi tak mewariskan dirham, emas dan semacamnya, tapi ilmu. Dan, Nabi Muhammad saw mewariskan iqra’ bismi rabbikal ladzi khalaq, tradisi membaca yang tak memutus Allah.
Singkat kata, karena “bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”, kita akan memperoleh pemahaman secara utuh. Kita akan terselamatkan dari prasangka yang tak semestinya atas sesuatu. Kita tidak akan mengkultuskan sesuatu itu sebagai sesembahan yang menjerumuskan kita dalam syirik. Sekaligus tidak akan merendahkannya sebagai objek yang mesti dieksplorasi hingga tandas.
Demikian.