Dalam memahami hadits Nabi diatas bukan berarti Allah butuh penjagaan, maha suci Allah dari kebutuhan pada makhluknya, Allah tidah butuh dijaga karena Dia “Al-Hafidz” Maha Menjaga dan Maha sempurna penjagaan-Nya.
Allah yang menjaga makhluk-Nya, begitu sempurna penjagaan-Nya sampai-sampai akal kita tidak sanggup menjangkaunya, semuanya dijaga dan dilestarikan oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ
Artinya: “Dan Tuhanmu Maha Menjaga segala sesuatu”. (QS. Saba` 21)
Jadi yang dimaksud dengan sabda Nabi diatas adalah : menjaga Allah dengan bertauhid kepada-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan selainnya, bentuknya seperti : tidak menyembah kecuali kepada Allah, meminta dan mengharap pertolongan hanya kepada Allah.
Hakikat pertolongan adalah dari Allah, makhluk hanyalah perantara, hal ini harus kita yakini karena ini adalah perkara yang amat penting dan benar, ini adalah pelajaran tauhid yang akan menjernihkan pikiran, menguatkan aqidah dan menambah iman.
Selanjutnya adalah : menjaga Allah dengan menjaga perintah-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan yang wajib dan tidak meremehkan yang sunnah.
Kita akan semakin merasakan penjagaan Allah, bila kita mau menjaga perintah Allah yang wajib dan menegakkan yang sunnah, melaksanakan yang wajib adalah kepatuhan.
Sedangkan melaksanakan yang sunnah adalah ketulusan, hal ini yang mengantar nikmatnya beribadah dan jika sudah merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah, disitulah tampak penjagaan Allah terhadap jiwa kita.
Kemudian jagalah Allah dengan menjaga diri dari yang tidak disukai-Nya, dari apa-apa yang diharamkan-Nya, dan dari sesuatu yang dihukumi syubhat, kita harus menjaga anggota badan dan hati kita agar tidak diserang oleh musuh-musuh kita.
Seperti, bujukan nafsu jelek, tipuan syetan, cinta dunia mengalahkan akherat, semua itu menjadi penghalang untuk sampainya hubungan baik antara hamba dengan Tuhannya. Bersungguh-sungguhlah agar tidak melakukan dosa dan tidak mendekati hal-hal yang makruh supaya kita dicintai oleh Allah Swt.
Lalu menjaga Allah dengan senantiasa bertaubat, manusia tempatnya salah, lupa, lalai dan lemah, sebaik-baik manusia adalah jika telah melakukan kesalahan maka cepat-cepat membenahi diri dengan cara bertaubat, meninggalkan berbuatan yang keliru, menyesal, berjanji tidak mengulangi lagi, meminta maaf, Allah Maha pengampun, maha menerima taubat dan Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.(QS. Al-Baqarah : 222).[]