Scroll untuk baca artikel
Kolom

Haji Mabrur

Redaksi
×

Haji Mabrur

Sebarkan artikel ini

Jika telah pulang para jamaah haji seakan menyandang gelar Haji, dengan membawa oleh-oleh yang banyak dan syukuran haji yang menghabiskan dana tidak sedikit.

Namun alangkah ironis jika di sekelilingnya masih ada orang yang membutuhkan uluran tangan, ada orang yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah, anak jalanan, mushala yang rusak ataupun jalan kampung yang membutuhkan perbaikan.

Makna-makna ibadah haji akan terlihat jelas bila ditempatkan dalam perspektif gerakan kemanusiaan yang mengibarkan lambang abadi pesan egaliter sebagai salah satu manifestasi dalam doktrin monoteisme warisan Nabi Ibrahim, sang bapak spiritual dari seluruh agama tauhid. Dilihat dari aspek spiritualnya, ibadah haji merupakan pucak taqarrub illahiyyah (upaya pendekatan diri kepada Allah).

Sedangkan dilihat dari aspek sosial edukatifnya, ibadah haji merupakan upaya pendekatan kemanusiaan. Dengan demikian dalam pelaksanaan ibadah haji, berpadu dua nilai, yaitu nilai moral spiritual dan nilai sosial.

Pelaksanaannya juga diorientasikan untuk menghayati perjuangan Nabi Ibrahim dalam melestarikan monumen ajaran tauhid (monoteisme), yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Maka seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji harus mampu menghayati nilai-nilai suci didalamnya, nilai tersebut yakni; pertama nilai persamaan. Hal ini dapat diketahui dalam ritual ihram. Semua umat di wajibkan memakai lembaran kain berwarna putih yang bermakna persamaan tanpa membedakan ras, suku, bangsa, warna kulit mapun mahzab.

Kedua, persatuan. Terdapat dalam ritual thawaf, mengelilingi bersama-sama di bangunan ka’bah. Ka’bah yang merupakan satu-satunya arah kiblat bagi orang mu’min dalam melaksanakan ibadah shalat. Ini menunjukkan bahwa Allah adalah satu, yang menjadi tujuan dan pegangan hidup seluruh umat Muslim.

Ketiga, persaudaraan. Seseorang berkumpul disatu tempat dan dalam waktu yang sama, maka akan terbuka suatu kesempatan bagi mereka untuk bisa saling mengenal sehingga akan terjalin sebuah hubungan persaudaraan di antara mereka, dalam haji terdapat dalam wukuf di arafah, hajar aswad yang dilihat dari sejarah peletakan hajar aswad pada masa Nabi Muhammad Saw.

Keempat, kasih sayang, adapun nilai kasih sayang dalam ibadah haji dapat dilihat dari; Larangan dalam ihram, larangan bagi orang yang dalam keadaan ihram, yaitu larangan membunuh, berburu, menyembelih, ataupun larangan memotong atau merusak tanaman yang hidup di tanah haram.

Berkurban yaitu dengan membagikan daging hewan kurban. Sa’i, yaitu ketika Hajar (ibu Ismail) merasa cemas akan nasib anaknya yang kehausan karena kehabisan persediaan air, maka Hajar-pun berlarian mendaki bukit Shafa dan Marwah utuk mencari air minum.