Barisan.co
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Khazanah

Hakikat Menikmati Sujud

:: Ardi Kafha
30 Agustus 2020
dalam Khazanah
Gus Baha

Gus Baha

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Masih saja terngiang. Terlebih karena hari-hari ini, kita sering tinggal di rumah, seiring adanya kepanikan global sebab pandemi corona. Pandemi yang benar-benar memaksa kita untuk menata ulang cara hidup, sekaligus menghayati hakikat dunia. Dan, Kiai Ahmad Bahauddin Nursalim, akrab dengan sapaan Gus Baha, dalam sebuah pengajian rutinnya memapar hakikat dunia.  

“Dalam hakikat, sekarang ini kita mati. Buktinya kita sering salah paham. Kita salah menganggap bahwa uang itu penting. Bahwa jabatan penting. Bahwa punya pengaruh penting. Padahal kelak di akhirat, semua yang kita anggap penting itu tak penting.”

Ya, dengan nada canda, tapi sungguh menohok, dan memang begitulah khas Gus Baha. Beliau ringan saja mengatakan bahwa uang itu tak penting, tapi buat kita jelas tak demikian. Kita tak sepenuhnya bisa mengalahkan dunia. Kita belum sepenuhnya bisa mengagungkan akhirat.

Padahal, “Nabi mengumpamakan,” ungkap Gus Baha, “kebanyakan manusia itu sedang tidur. Dalam tidur itu, kita kurang atau malah tidak sadar. Dan, begitu manusia meninggal dunia, itu berarti dibangunkan. Berarti ia sadar. Berarti kita hidup.”

BACAJUGA

Lebih dari 200 Kiai NU Jatim Usulkan Lima Nama Cawapres ke Anies Baswedan

Lebih dari 200 Kiai NU Jatim Usulkan Lima Nama Cawapres ke Anies Baswedan

10 Agustus 2023
sabar dan ikhlas menghadapi cobaan

Resep Gus Baha, Sabar dan Ikhlas Menghadapi Cobaan

3 Juni 2023

Nah, terus terang saja ungkapan tersebut begitu mengiang di benak saya. Bahwa yang sadar, yang hidup, itu tak akan memenangkan dunia. Bahwa yang berkesadaran tak akan mengalahkan akhirat. Bahwa sekarang ini, selagi jantung masih berdetak, hakikatnya mati. Bahwa sesungguhnya hidup, itu justrukelak di akhirat.

Sebuah konsep yang luput dari benak. Betapa kita acap kali menganggap uang sebegitu penting. Betapa kita menganggap dibaiki oleh tetangga itu penting. Betapa kenal, atau bahkan akrab, dengan pejabat itu juga tak kalah penting. Padahal kelak di akhirat, yang penting itu ya ketika kini kita sujud kepada Tuhan. Ketika berpamrih hanya pada-Nya. Dan ketika tak terdikte oleh keadaan.

Terbayanglah, betapa kelak di kampung akhirat, kita akan kecewa, tatkala mendapati diri: di dunia malas menegakkan sujud dan rukuk kepada Tuhan, enggan menunaikan hak-Nya untuk menemani kaum yatim, enggan mengulur bantuan pada tetangga, merasa berat untuk menegakkan tahajud, dan sebagainya. Terngiang jelas, salatlah (dan laku kebajikan) yang akan menjadi wadag kita di sana. Bukan uang, bukan pengaruh, bukan ini bukan itu dan semua saja yang bak igauan tatkala tidur.

Gus Baha menandaskan, kelak di akhirat kita pun baru sadar bahwa ketika di dunia ternyata kita kerap mengigau. Kita mengigau menjadi orang terkenal itu suatu kebanggaan. Kita mengigau memiliki apa-apa itu kemewahan yang mesti diperebutkan. Padahal di akhirat nyata-nyata semua itu tak penting. Yang penting ternyata saat-saat bersujud kepada Allah. Saat-saat kita bisa menikmati salat. Saat-saat kita  menghormati tetangga, dan hal-hal lain yang kita anggap biasa, yang justru di akhirat itu yang bernilai.

Dan pula, kita acap kali memandang dengan teramat remeh kepada seorang kiai (tak bernama dan bereputasi kecil) di sebuah musala mungil. Kita acap menganggap biasa seorang guru TPQ, dan siapa saja yang menunaikan segala kegiatan yang bersangkut dengan akhirat. Sebaliknya, kepada pejabat atau kepada yang berduit kita junjung tinggi. Padahal terang sebagaimana tandas Gus Baha, justru kiai kecil atau guru ngaji itulah yang berkemungkinan mensyafaati kita di akhirat.

Alhasil, akhirat itulah sesungguhnya kehidupan. Dan, kenangan terindah di dunia adalah seberapa sering kita bersujud kepada Tuhan. Seberapa kita bisa menikmati sujud.

Demikian.

Topik: Gus BahaHakikat Sujud
Bagikan3Tweet2Send
Ardi Kafha

Ardi Kafha

Pegiat Taman Baca Masyarakat

POS LAINNYA

Tantangan dan Kritik terhadap Bank Syariah Era 2000-an: Perspektif Penggunaan Uang Kertas vs Dinar dan Dirham
Khazanah

Tantangan dan Kritik terhadap Bank Syariah Era 2000-an: Perspektif Penggunaan Uang Kertas vs Dinar dan Dirham

27 September 2023
Syair Tentang Cinta Mahalul Qiyam
Khazanah

Syair Tentang Cinta Mahalul Qiyam, Menyambut Kedatangan Rasulullah

24 September 2023
kitab maulid
Khazanah

6 Kitab Maulid Paling Populer, Dibaca Menyambut Hari Kelahiran Nabi Muhammad

21 September 2023
Kaidah Jual Beli Online
Khazanah

Kaidah Jual Beli Online, Berikut Perlu Diketahui Pedagang Online dan Pembeli

18 September 2023
angka 30
Khazanah

Angka 30 Bermakna Keadilan, Inilah Penjelasannya dan Menurut Islam

30 Agustus 2023
syair abu nawas
Khazanah

Lirik Al-I’tiraf, Syair Abu Nawas Tentang Pertaubatan

6 Agustus 2023
Lainnya
Selanjutnya
Tentang Bayi – Puisi Eko Tunas

Tentang Bayi - Puisi Eko Tunas

Tidak Menjaga Lisan Bisa Berujung Terawan

Tidak Menjaga Lisan Bisa Berujung Terawan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Kereta Whoosh
Berita

Kereta Whoosh Bakal Diresmikan 1 Oktober, Kapan Balik Modal?

:: Ananta Damarjati
28 September 2023

Faisal Basri menyebut proyek ini ‘mustahil’ balik modal bahkan sampai kiamat. BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo bakal meresmikan pengoperasian Kereta...

Selengkapnya
psikosomatis

Mengenal Psikosomatis, Ciri dan Cara Mengatasinya

28 September 2023
Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

Gawai Jadi Barang Populer, Pangsa Pasar Luas dan Terus Berkembang, ini Datanya

28 September 2023
KAHMI Kota Makassar

Milad ke-57 KAHMI Kota Makassar, Tamsil Linrung: Alumni Harus Aktif Termasuk Bidang Politik

28 September 2023
Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

Kawal Suara TPS, Tim 100 Bakorsi Depok Dikukuhkan

28 September 2023
Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

Persepsi dan Literasi Masyarakat terhadap Asuransi Kesehatan

28 September 2023
4 Manfaat Datang Tepat Waktu

4 Manfaat Datang Tepat Waktu

28 September 2023
Lainnya

SOROTAN

Makam Diponegoro
Opini

Perlukah Kita Memindah Makam Pangeran Diponegoro?

:: Ananta Damarjati
25 September 2023

Pengambilan keputusan terkait pemindahan makam seorang pahlawan harus melibatkan kajian yang mendalam. SULIT sekali membayangkan Indonesia tanpa makam Pangeran Diponegoro....

Selengkapnya
Perusahaan Koperasi

DIVVY: Keunggulan Sistem Perusahaan Koperasi

24 September 2023
Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

Koalisi Perubahan vs Non Perubahan = Koalisi Kerakyatan vs Koalisi Kekuasaan

22 September 2023
Apakah Keuntungan Itu

Apakah Keuntungan Itu?

21 September 2023
Oligarki yang Menagih Hutang

Masa Lalu, Masa Depan, dan Oligarki yang Menagih Hutang

21 September 2023
Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

Prabowo dan Ganjar Menunggu Godot?

20 September 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Beranda
  • Opini
  • Analisis
    • Esai
    • Analisis Awalil
    • Perspektif
  • Kolom
  • Khazanah
  • Lifestyle
  • Sosok
  • Sastra
  • Barisan Tv Network
    • Barisan Tv
    • Awalil Rizky

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang