Peringatan Hari Gizi Nasional 2022, Kementerian Kesehatan mengambil tema Hari Gizi dan Makanan Nasional: Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas.
BARISAN.CO – Setiap tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Peringatan tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengambil tema Hari Gizi dan Makanan Nasional 2022 yakni “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas” di Indonesia.
Indonesia hingga saat ini masih dihadapkan dengan persoalan gizi terutama gizi kurang atau stunting dan gizi lebih (obesitas).
Wakil Menteri Kesehatan dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan angka stunting secara nasional menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 dari 27,7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021.
“Secara umum tren status gizi membaik dari tahun ke tahun, kalau kita lihat dari tahun 2018, 2019 dan 2021 angka stunting sudah menurun sekarang menjadi 24.4 persen,” terang Dante saat launching Hasil Studi Gizi Balita Indonesia (SSGI) 2021 di Jakarta (27/12/2021).
Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes, dr. Dhian Probhoyekti mengatakan permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia. Bahkan permasalahan ini menjadi fokus secara global.
Di Indonesia berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4%. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, yakni 14%.
Sementara itu, berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8% dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8%, upaya diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik. Ini adalah upaya yang sangat besar dan cukup sulit.
”Dampak masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus,” katanya dalam konferensi Hari Gizi Nasional ke-62 secara virtual, Selasa (18/1/2022).
Pada saat anak stunting maka terjadi gagal tumbuh ditunjukkan dengan tinggi badan pendek dan perkembangan intelektual terhambat. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.
Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi menurunkan stunting dan mencegah angka obesitas naik. Gizi seimbang bermakna luas berlaku pada semua kelompok umur.
Penerapan gizi seimbang dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua kelompok umur.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.
”Saat ini memang kita berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi,” ucap dr. Dhian.
Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang kita lakukan yaitu:
- Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
- Promosi dan konseling menyusui
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
- Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A
- Penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, keenam tatalaksana gizi buruk.
”Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas dan Posyandu,” terang dr. Dhian. [Luk]