BARISAN.CO – Gemercik gerimis basahi bumi. Air hujan mengalir lirih ke sela-sela aliran yang akan membawanya entah kemana atau terserap tanah dan menghilanglah ia. Hujan telah mengguyur desa ini dengan lembutnya memberikan keberkahan. Bukan hujan deras yang sedikit meresahkan para petani.
Tuhan telah menganugerahkan akal kepada manusia untuk berpikir, ada apa dibalik rahasia turunnya hujan di malam ini. Sebuah pertanyaan untuk kaum yang berpikir. Bukanya ini musim hujan, tidak! musim hujan telah selesai tetapi mengapa hujan tetap mengguyur desaku yang indah ini.
Atau jangan-jangan ini adalah sebuah tanda-tanda, ada apa dibalik rahasia ini. Tidak perlulah menjadi beban pikiran, yang terpenting bagaimana kita tetap berpikir atas segala nikmat dan karunianya.
Di balik jendela tua seorang pemuda termenung. Wajahnya begitu muram, paras wajahnya yang bercahaya membuat sisi-sisi kamar begitu terang.
Pemuda itu memandang hujan yang sedang turun. Thik…thikkk…thikkkk…bunyi hujan, begitu deras dan membuat pemuda itu tidak bisa tidur. Malam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Pemuda itu pun bergegas mengambil air wudu.
Langkah-langkah kaki lincah itu mengantarnya ke belakang rumah. Di ambilnya air wudu dan membasahi sekujur tubuh kekarnya. Setelah mengambil wudu pemuda itu pun menuju kamarnya. Di ambilnya sajadah dipakainya sarung kesayangannya. Sarung yang dibelikan terakhir kali oleh almarhum Ibunya. Allahu akbar dan Allah maha besar, salat adalah tiang agama, barang siapa tidak menjalankan kewajiban salat berarti orang Islam tersebut akan menganjurkan agamanya sendiri.
Lantunan ayat-ayat cinta bersenandung indah di kamar itu, kamar yang kecil namun sangat rapi penataannya. Sungguh menakjubkan, seorang pemuda yang begitu memperhatikan kerapian dan kebersihan.
Ayat-ayat al-Qur’an telah membasahi bibir merah itu. Begitu merdu suaranya, lidah-lidah Jawa semakin membawakan ketakjuban. Al-Qur’an adalah pegangan hidup, al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang yang beriman. Barangsiapa tidak berpedoman padanya maka tinggal kita menunggu kehancurannya. Ayat demi ayat telah membawa pemuda itu terhanyut dalam kenyamanan hidup. Sampai pada surat al-Hujurat ayat ke 13, pemuda itu berhenti sejenak ada apa sebenarnya!
Sekitar hampir tujuh menit, ia belum melanjutkan bacaanya ia tetap memandangi kitab sucinya. Sambil melihat dan membaca artinya, ia kembali melihat ayat-ayat yang membawanya berdetak kencang. Ia kembali ke ayat ke tujuh dari surat al-Hujurat:
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”.
Ternyata pemuda tersebut merasakan perasaan dalam keyakinannya mengenai dua hal, yaitu pertama tentang diciptakannya laki-laki dan perempuan untuk saling kenal-mengenal dan cinta kepada keimanan. Ada apa di balik ini semuanya.
Pemuda itu menangis, tetesan air matanya membasahi pipi manis itu. Semakin deras air matanya sepert air hujan yang membasahi rumahnya. Tangisannya membuat seisi kamar dan hewan malam merasakan perih getir dihati yang di selimuti keresahan. Ada apa sebenarnya? Pertanyaan itu kembali muncul.
* * *
Kabut gelap belum juga terhempas di pelataran kampus hijau. Kabut gelap hanya menutupi langit untuk sementara, mungkin saja satu menit kemudian kabut itu akan menghilang.