Scroll untuk baca artikel
Kolom

Ilusi Polarisasi Politik

Redaksi
×

Ilusi Polarisasi Politik

Sebarkan artikel ini
Polarisasi Politik
Imam Trikarsohadi

Masyarakat sebaiknya jangan percaya lagi bila ada elite politik mengamplifikasi narasi adanya polarisasi politik dengan dalih apapun

Oleh: Imam Trikarsohadi
(Dewan Pakar Pusat Kajian Manajemen Strategik)

KATA “random” adalah kata bahasa Inggris yang dalam bahasa gaul sering digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak terduga, tidak terencana, aneh, atau tidak pada tempatnya. Kata “random” juga dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan secara acak, ngawur dan semprul.

Julukan random, agaknya tepat pula bila ditujukan atas kelakukan para elit politik di negeri ini. Sekali waktu berteriak: ini kita, selang beberapa saat kemudian: itu mereka. Kita versus mereka tak berlaku ajeg, saling silang silih berganti sesuai kepentingan perburuan kekuasaan.

Sebab itu pula, polarisasi politik cenderung sebagai sebuah ilusi daripada sebagai suatu realitas yang eksis. Karena itu pula, masyarakat sebaiknya jangan percaya lagi bila ada elite politik mengamplifikasi narasi adanya polarisasi politik dengan dalih apapun.

Narasi-narasi semacam itu tiada guna bagi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan hanya akan membentuk persepsi permusuhan antar masyarakat yang ujungnya menjadi ancaman stabilitas sosial politik secara lebih luas.

Jadi, polarisasi politik yang terjadi pada pilpres, pileg dan kini pilkada, hanya merupakan ilusi yang berpotensi membawa diskursus demokrasi kita mengarah kepada proses pendangkalan.

Faktanya, elit politik, apapun promo dan merek dagangannya, dengan enteng bergonta-ganti baju sepanjang hal itu dianggap menguntungkannya dalam berburu kekuasaan dan/atau jabatan publik.

Jadi, jika masih ada tokoh tertentu dan/ atau elit politik yang karena berburu jabatan tertentu, kemudian mengumandangkan polarisasi ideologi, apalagi agama, maka abaikan saja.

Karena sejatinya lanskap politik Indonesia telah sejak lama mengalami deideologisasi baik secara kelembagaan partai politik hingga proses pemilihannya.

Apa boleh buat, realitas politik yang sungsang ini, salah satu akar masalahnya disebabkan tidak adanya standar etika partai politik.

Parpol seharusnya mendorong lahirnya politisi berintegritas, memperjuangkan aspirasi publik, mewujudkan tata kelola pemerintahan, membantu agregasi politik warga, dan melayani warga.