BARISAN.CO – Pada tahun lalu, Singapura menempati urutan pertama dengan Indeks Kinerja Lingkungan (EPI) tertinggi di ASEAN. Atas upaya menjaga lingkungan, skor Indeks Kinerja Lingkungan Singapura sebesar 58,1.
Skor itu menempatkan Singapura di posisi 38 dari 180 dengan Indeks Kinerja Lingkungan terbaik di dunia. Penilaiannya berdasarkan hasil kerjasama antar berbagai institusi. Antara lain, Pusat Hukum dan Kebijakan Lingkungan Yale, Universitas Yale dan Pusat Jaringan Informasi Bumi Internasional, Earth Institute, dan Universitas Colombia.
Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki hasil tambang. Justru itu menjadi nilai tambah bagi negaranya.
Negara maju itu memilih menggunakan energi alternatif yang berkelanjutan. Salah satunya ialah panel surya.
Mengutip rilis Energy Market Authority, pada akhir Q1 2021, instalasi panel tenaga surya photovoltaic (PV) mencapai 4.585. Dari jumlah itu, Dewan kota dan unit akar rumput menyumbang 52,7 persen pemasangan, kemudian perumahan sebanyak 32,3 persen, dan sektor swasta sebesar 11,8 persen. Sisanya 3,2 persen dari badan pelayanan publik.
Tahun 2015 kapasitas pemasangan hanya 59,3 MWp, naik signifikan di akhir Q1 2021 menjadi 443,6 MWp. Singapura masih memiliki waktu belasan tahun ke depan untuk mewujudkan ambisinya untuk memasang setidaknya 2 gigawatt-peak (GWp) tenaga surya PV di tahun 2030.
Singapura menganggap energi surya merupakan sumber energi terbarukan yang paling menjanjikan bagi pembangkit listrik.` Hal itu atas dasar pertimbangan rata-rata radiasi matahari sekitar 1.580 kWh/ m2/tahun atau 50 persen lebih banyak radiasi matahari daripada negara-negara beriklim sedang. Sehingga pembangkit tenaga surya PV lebih memiliki potensi menyebar lebih luas di Singapura.
Bukan hanya menganggarkan dana S$100 miliar, memanfaatkan energi surya juga dapat memberikan berkontribusi dalam melawan perubahan iklim. Selain itu, bermanfaat untuk mengurangi polusi dan penggunaan air, tidak bergantung pada sumber energi tidak terbarukan berupa bahan bakar fosil, dan juga meningkatkan kesehatan manusia dalam jangka yang panjang.
Ringannya panel surya PV memudahkan instalasi di jalur pejalan kaki serta halte bus. Juga, memberikan manfaat lain. Sebab, panel surya PV dapat menghalangi kebisingan serta mengurangi polusi suara dari jalan raya dan lalu MRT di sana.
Bergantungnya negara terhadap energi fosil dapat menyebabkan kekacauan. Seperti negara China. Akibat ketergantungan ini, diperkirakan, China mengalami krisis energi yang mengakibatkan pemadaman listrik bergulir setidaknya sampai tahun depan.
Bukan itu saja, China mengubah janji nol emisi karbon ke tahun 2060. Sedangkan, ini akan menjadi masalah bagi negara-negara pemasok batu bara yang memerlukan pendapatan. Mengutip BBC, para ahli berpendapat tanpa adanya pengurangan emisi karbon di China, dunia tidak dapat memenangkan peperangan melawan perubahan iklim. [dmr]