Scroll untuk baca artikel
Terkini

Indonesia Krisis Petani Muda

Redaksi
×

Indonesia Krisis Petani Muda

Sebarkan artikel ini

Kondisi ini serupa dengan yang terjadi di India. Dilansir dari Gaon Connection, 48% petani di India tidak ingin anak-anaknya menjadi generasi penerus sebagai petani. Sehingga, inilah yang mendorong anak muda memilih pekerjaan lain ketimbang mengikuti jejak orang tuanya yang merupakan petani.

Salah satu tantangan yang sering dialami oleh petani ialah perekonomian yang sulit. Dengan harga jual hasil panen yang rendah, sementara kebutuhan pokok terus melambung, menyebabkan petani mengalami kesulitan.

Hal itu diperparah dengan overproduksi. Semakin banyak mereka memproduksi, harga menjadi lebih rendah. Bagi seorang petani pekerja keras, anggapan bahwa kelebihan produksi mereka sendiri merupakan faktor penyumbang terbesar terhadap utangnya. Ini terjadi, misalnya karena saat menanam, mereka berutang untuk membeli bibit dan pupuk dengan harapan setelah panen akan dapat membayarnya.

Pemerintah memang mendorong pengembangan petani muda di tanah air melalui Gerakan Petani Milenial, yang melibatkan badan khusus Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni International Fund for Agricultural Development (IFAD).

Namun, hal itu dirasa kurang apabila tidak ada jaminan kaum muda memperoleh penghasilan lebih dari bertani ketimbang pekerjaan lainnya. Pemerintah harus mengambil inisiatif untuk menciptakan kesadaran tentang praktik pertanian terbaik, pertanian presisi, dan juga berkelanjutan yang memberikan peluang mendapatkan pendapatan yang menguntungkan.

Selain itu, pola pikir kaum muda perlu diubah, sehingga mereka merasa bekerja di sektor pertanian merupakan pekerjaan yang menjanjikan. Bertani bisa menjadi kesempatan pemuda berekplorasi. [dmr]