Awalil menjelaskan pula secara singkat kondisi berbagai jenis mineral, seperti: Emas, Perak, Tembaga, Timah, Bauksit, Nikel, dan tembaga. Begitu pula dengan kondisi bahan galian, seperti: pasir, kerikil, batu kapur, kaolin, dan lain sebagainya.
Secara umum dalam hal SDA dan energi ini dikatakan bahwa perannya sudah terbukti sangat penting dalam perekonomian Indonesia, dan masih akan penting. Namun perlu dikaji ulang tentang seberapa jauh optimalisasinya.
Diingatkan beberapa kajian yang menyimpulkan seolah ada “kutukan kekayaan SDA” pada beberapa negara, termasuk Indonesia. Kekayaan itu justeru menghambat proses transformasi perekonomiannya menjadi lebih maju atau memperlambat industrialisasi. Seolah dimanjakan olehnya, sehingga kurang efektif dan efisien dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Sektor pertambangan dan penggalian sempat menjadi penyumbang terbesar dalam struktur PDB di masa lampau. Mencapai 25,68% dari total PDB. Porsinya perlahan makin menurun, hingga hanya mencapai 6,44% pada tahun 2020. Namun karena harga berbagai komoditas makin tinggi, nilai PDB nya masih di kisaran 1.000 triliun.
Dengan nilai tambah yang masih cukup besar, sedangkan pelaku usahanya terbilang tidak terlampau banyak, maka ada fenomena menarik. Para pelaku domestik dalam sektor ini telah tumbuh menjadi kelompok yang makin kaya. Sebagian mereka berhasil pula mengembangkan usaha di sektor lain memanfaatkan imbal hasil yang besar tersebut.
Rekaman kuliah dua sesi tentang SDA dan Energi ini dapat dilihat pada channel youtube Awalil Rizky. [rif]