Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Indonesia Negara dengan Tingkat Kesabaran Terbaik di Dunia

Redaksi
×

Indonesia Negara dengan Tingkat Kesabaran Terbaik di Dunia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Indonesia layak mendapatkan gelar negara dengan tingkat kesabaran terbaik di dunia. Sebelumnya langka minyak goreng, tiba-tiba setelah harga naik dua kali lipat minyak goreng rampai menampakkan kilauannya. Apalagi sebelumnya ramai logo halal yang baru dikeluarkan Kementerian Agama.

Ini soal dua kementerian yakni Kementerian Perdagangan dan Kementerian Agama, jika dua kementerian ini digabung maka jadi Kementerian Perdagangan Agama.

Jika di kampus ada jurusan perbandingan agama, Kementerian Perdagangan Agama akan menjadi hal baru. Sebab Indonesia termasuk negara paling religius di dunia dan bahkan Indonesia negara dengan tingkat kesabaran dan paling dermawan di dunia.

Tidak heran jika kiranya ada hal-hal yang berbau agama, layaknya seperti dagangan yang laris atau laku keras di media-media terutama media sosial.

Sungguh beruntung bangsa ini dan bukan sekedar keberuntungan tapi memang Tuhan menciptakan Negara bernama Indonesia sebagai pusat dunia. Kekayaan alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang luar biasa banyaknya.

Soal kekayaan alam baik di darat, laut maupun udara tidak terhitung jumlahnya. Di darat, ada gunung yang menyuburkan, barang tambang yang dapat dimanfaatkan dan bahkan hutan yang  kaya akan flora dan faunanya.

Belum lagi di laut, ikan-ikannya dipanen tidak ada habisnya. Begitu juga sumber daya manusianya bangsa ini selalu melahirkan orang-orang cerdas, ada BJ. Habibie, Syahrir, Tan Malaka, Soekarno, Hatta dll. Kita selalu juara di olimpiade matematika, fisika maupun robotik. Pastinya sungguh luar biasa bangsa ini, bangsa nirwana.

Namun banyak para peneliti, pakar, atapun akademisi berbagai bidang baik ekonomi, politik, sosial dan budaya, “salah” dalam mempersepsikan apa yang terjadi saat ini di republik tercinta ini. Mereka mengira kita sedang dijajah, mengalami krisis ekonomi, korupsi yang terus merajalela, secara sederhananya bangsa ini sedang dirundung duka dan luka.

Padahal kita tetap enjoy menikmati hidup, kita tetap bisa nongkrong di angkringan pinggir jalan raya sambil ngegosip artis dangdut yang lagi naik daun.

Mereka tidak tahu kalau bangsa ini memegang prinsip leluhurnya untuk tidak serakah dan tamak terhadap kekayaan yang telah diterimanya.

Hal ini sesuai dengan petuah jawa yang mengatakan, “Memayu Hayunig Bawono, Ambrasto dhur angkoro.” (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.)

Bahkan prinsip “Urip Iku Urup” (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik). Itu selalu dipraktekkan, lihat saja bangsa lain diperbolehkan untuk memanfaatkan kekayaan kita.

Bahkan para pejabat dan pengusaha di dalam negeri saja diperbolehkan memetik maupun memanen hasil kekayaan maupun anggaran daerah jika dirinya merasa kekurangan. Masyarakat kita tetap ikhlas dan sabar menerima, mereka tidak iri yang dengan pejabat memiliki ratusan mobil, karena jiwa masyarakat kita sudah merasa memilik rasa kecukupan.

Jadi teringat kisah orang bijak yakni Abu Bakr al-Warraq yang berkata, “Kalau engkau bertanya kepada KERAKUSAN siapakan bapaknya? Dia menjawab KERAGUAN terhadap yang maha agung. Kalau engkau bertanya apakah PEKERJAANNYA, “Mengumpulkan penurunan nilai-nilai dan KERENDAHAN BUDI”. Kalau engkau bertanya apakah TUJUANNYA, “Untuk menjadi sasaran siksa dan kedustaan.”

Jangan kau bersedih atas apa yang tidak bisa engkau miliki, dan jangalah memikirkan sesuatu yang membuatmu sedih sebab ia hanya akan membuatmu semakin sedih. Ojo gumunan.”