Barisan.co – Kian hari virus Covid-19 kian mencekam, kematian dokter akibat corona semakin bertambah. Untuk dokter umum saja, sudah hampir 130 orang yang gugur.
Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan kematian dokter yang terus bertambah. Sampai Sabtu (3/10) kemarin tercatat 130 dokter meninggal setelah terinfeksi virus Covid-19.
Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI Ari Kusuma mengatakan kehilangan tenaga kesehatan merupakan kerugian besar dalam penanganan kesehatan di era pandemi.
“Jumlah tenaga kesehatan terutama dokter di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 sudah merupakan salah satu yang terendah di Asia dan dunia. Dengan jumlah dokter yang ada, rata-rata 1 orang dokter diestimasikan melayani 3 ribu masyarakat.” Kata Ari dalam siaran pers, Minggu (4/10)
Tim Mitigasi PB IDI mengimbau kepada masyarakat agar tidak menganggap remeh Covid-19. Salah satunya, dengan menerapkan protokol kesehatan yang selama ini sudah disosialisasikan.
Namun pada kenyataannya, saat ini masih banyak sekali yang menganggap remeh virus Covid-19 sehingga mengabaikan protokol kesehatan yang sudah diterapkan. Dalam hal itu, sudah menjadi bukti bahwa masyarakat yang masih abai dan tidak peduli akan kesehatannya masing-masing apalagi kesehatan para tenaga medis.
Pada akhir September lalu, IDI mencatat ada 127 dokter meninggal akibat Covid-19. Hal ini sangat membuat beberapa pihak rumah sakit khawatir akan terancamnya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Oleh karena itu, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus menindak tegas bagi masyarakat yang masih mengabaikan protokol kesehatan. Jangan hanya diberi sanksi sosial berupa menyapu jalanan, karena sanksi tersebut masih dianggap remeh pula oleh masyarakat.
Pemerintah pusat maupun daerah juga perlu meningkatkan tes Swab/PCR, jangan hanya sekedar mengandalkan tes rapid yang hasilnya pun masih di bawah 50%. Di tengah kurangnya jumlah tes yang dilakukan pemerintah ini dapat menambah kluster-kluster baru di Indonesia, sehingga akan berdampak pada melonjaknya pasien positif Covid-19.
Dengan minimnya tes yang dilakukan oleh pemerintah, membuat masyarakat berinisiatif untuk melakukan tes swab mandiri ke rumah sakit. Namun, biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, Rp1,9 juta untuk sekali tes swab dan hasil tes swabnya pun keluar lama.
Saya kira, bukan hanya masyarakat yang dituntut untuk disiplin, namun pihak pemerintah juga harus tegas dalam menanggulangi virus Covid-19 ini. Lebih membuka mata bahwa virus ini benar-benar virus yang berbahaya dan perlu adanya sebuah upaya dari pemerintah. Pemerintah disarankan untuk menambah tes swab/PCR gratis agar meringankan beban masyarakat.
Selain itu, adanya daya tahan tubuh yang kuat dan mampu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan prima, dapat mencegah berbagai serangan penyakit infeksi dengan melawan beberapa sumber penyakit seperti virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh kita. Contohnya seperti memperbaiki pola tidur yang cukup, asupan makanan yang bergizi dan berimbang, olahraga yang rutin, dan pentingnya mengelola stress.
Maka dari itu, pentingnya menjaga kondisi tubuh agar tetap fit dan menerapkan protokol kesehatan menjadi poin utama pada saat pandemi ini. Jangan sesekali keluar rumah tanpa menggunakan masker apalagi sengaja berada di tempat kerumunan namun abai dengan beberapa ketentuan 3M akan merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Jadi, selain dengan memperbaiki sistem kekebalan tubuh agar bisa meningkatkan imunitas tubuh dari rumah, pemerintah juga harus lebih tegas dalam menangani pandemi Covid-19. Semoga pemerintah segera menambah tes swab/PCR gratis bagi masyarakat Indonesia.