Di dunia kedokteran, ada anjuran memberikan ASI hingga dua tahun. ASI menjadi satu-satunya asupan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang anak. Untuk itu ibu harus konsumsi makanan bergizi. Apa yang ibu makan akan masuk ke tubuh anak melalui ASI.
Tapi dalam penjara, para napi hanya makan seadanya. Setiap hari petugas hanya membagikan makanan yang berisi nasi, sayur dan lauk. Menurut mereka rasanya hambar.
Kalau ada uang, mereka akan membeli makanan yang dijajakan oleh orang-orang berseragam kuning tua dalam penjara. Dalam film ini tidak dijelaskan siapa mereka. Petugaskah atau pedagang yang diizinkan berjualan di penjara? Yang jelas, setiap hari transaksi jual beli ini terjadi. Mereka menjual makanan seperti nasi bungkus, gorengan dan aneka jajanan lainnya.
Sayangnya tak ada satupun yang menjual buah. “Berkhayalnya sih lagi makan buah pir,” ujar seorang perempuan hamil yang tengah makan ubi. Baginya makan buah hanyalah impian. Cukup membayangkan ubi sebagai buah pir, sudah membuatnya bahagia.
Suatu hari, salah seorang anak menderita sakit mata. Ia harus segera dibawa ke dokter. Sayangnya biaya berobat ke dokter spesialis mata cukup mahal. Beberapa tahanan patungan hingga terkumpul Rp500 ribu.
Kesehatan anak-anak dalam tahanan memang kurang mendapat perhatian serius dari petugas. Biaya pengobatan, pampers, dan susu bukan menjadi tanggungan lapas. Untuk membeli kebutuhan anak, para ibu mengandalkan uang kiriman dari keluarganya. Ada juga yang berusaha mencari uang sendiri dengan mencucikan baju tahanan lainnya. Bahkan ada yang menjual narkoba secara diam-diam.
Seorang tahanan bernama Fifi dipaksa melakukan USG. Ia menolaknya lantaran tak memiliki uang. Petugas terus memaksanya karena usia kandungannya sudah 40 minggu, namun tak kunjung melahirkan. Benar saja, ada masalah dalam kandungannya. Ketubannya tinggal tujuh persen. Fifi harus segera melahirkan dengan operasi caesar.
Melahirkan secara caesar tidaklah murah. Fifi berusaha menelpon keluarganya. Tapi sepertinya keluarganya tak bisa membantunya. Pihak lapas enggan menanggung biaya persalinan Fifi. Ia kemudian dibebaskan pada hari itu juga.
Di lokasi lapas yang berbeda, beberapa anak memanjat jeruji besi. “Mama petugas, mama buka.” Tatapan matanya yang tak berdosa mengisyarakatkan harapannya untuk bisa keluar dari penjara.
Kamera berpindah ke seorang anak yang mengalami biduran usai minum susu formula. Ia dibawa ke klinik. Dokter bertanya pada ibunya, makanan apa yang biasa diberikan. Ibunya menjawabnya dengan nasi yang dicampur garam atau mecin. “Kok mecin sih?” tanya dokter.