BARISAN.CO – Mulai saat ini sebaiknya kita mulai mengganti kata keguguran untuk menyatakan seseorang kehilangan bayinya. Sebab menggunakan kata keguguran terkesan menganggap perempuan gagal menjaga kandungannya.
Banyak perempuan yang menantikan buah hati dalam kehidupan rumah tangganya. Tak jarang dari mereka yang berusaha keras melakukan berbagai cara untuk bisa mengandung. Namun takdir tak selalu berpihak kepada mereka. Tuhan berkehendak lain sehingga mereka kehilangan kehamilan.
Editor Glamour UK, Anne-Marie Tomhack menuliskan di akun Twitter-nya pada tahun lalu “Saya akan menggunakan istilah kehilangan kehamilan untuk ke depannya karena saya pribadi merasa kata keguguran berkontribusi pada kurangnya empati dan kasih sayang di sekitar persoalan serta menyiratkan semacam kegagalan di pihak orang yang mengharapkannya.”
Menurut Standfrod Childern’s Health, kehilangan kehamilan adalah kondisi bayi yang belum dilahirkan meninggal pada masa kehamilan. Dari empat kehamilan ada kemungkinan satu bayi meninggal di dalam kandungan. Kebanyakan kehilangan kehamilan terjadi selama trimester pertama dan biasanya calon ibu tidak mengetahui bahwa ia sedang hamil.
Sebuah survei nasional yang dilakukan oleh American Society for Reproduction di tahun 2013 terhadap lebih dari 1.000 laki-laki dan perempuan Amerika menemukan penyebab keguguran, antara lain:
- Sebanyak 76 persen disebabkan stress
- Sebanyak 74 persen dikarenakan stres berkepanjangan
- Sebanyak 64 persen menyebut mengangkat barang berat
Selain itu juga, adanya kekeliruan responden yang mengira keguguran disebabkan oleh penyakit seksual menular (41 persen), aborsi (31 persen), atau penggunaan KB jangka panjang (28 persen). Dan ironisnya, hampir dari 23 persen responden percaya bahwa keguguran terjadi karena perempuan tidak menginginkan kehamilan.
Dikutip dari The Globe and Mail, Dr. Iris Gorfinkel menyampaikan selama bertahun-tahun, perempuan telah dituntun untuk merasa bersalah atas keguguran. Gorkenfil menilai perempuan yang mengalami keguguran sebagian besar merasa bersalah dengan hal yang dialami.
Menurut Gorkenfil mayoritas kejadian keguguran bukan merupakan tindakan keliru, salah, atau buruk pada bagian tubuh perempuan. Kebanyakan disebabkan oleh anomali kromosom spontan yang membuat manusia tidak memungkinkan untuk berkembang dan tidak ada hubungannya dengan masalah genetik yang diturunkan.
Gorkenfil menjelaskan terminologi dalam pengobatan modern saat ini telah gagal menawarkan alternatif untuk istilah keguguran. Ia menolak istilah aborsi spontan karena tidak dapat diterima dan pada umunya digunakan mewakili tindakan yang disengaja. Karena baginya dapat menjadi boomerang karena istilah aborsi dapat menyiratkan kepada seorang perempuan yang menggugurkan janin dalam kandungan sesuai keinginannya.
Goerkenfil menilai perlu adanya istilah yang lebih tepat untuk menyampaikan realitas. Istilah keguguran alami bisa menjadi alternatif yang baik dan tidak berkonotasi negatif. Menggunakan istilah tersebut dapat mengurangi beban yang tersirat pada kata keguguran dan bisa membantu menimbulkan rasa pemberdayaan serta kesejahteraan.
Istilah keguguran alami akan sangat berarti bagi praktisi kesehatan saat memberi dukungan psikologis kepada ibu yang berduka.
“Yang terpenting, ini membantu mengurangi rasa kehilangan yang begitu jelas,” lanjut Gorkenfil.
Kata kehilangan kehamilan atau keguguran alami mungkin belum diakui secara resmi, namun penting untuk diketahui bahwa keguguran sarat makna yang bisa sangat menyakitkan. Hal tersebut diakibatkan oleh pandangan bahwa keguguran yang dialami oleh perempuan merupakan kesalahan mereka yang malah akan menambah rasa sakit setelah kehilangan.