Scroll untuk baca artikel
Blog

Jokowi Berbicara Antisipasi Era Metaverse, Said Aqil Beberkan Pusaka KH Hasyim Asy’ari

Redaksi
×

Jokowi Berbicara Antisipasi Era Metaverse, Said Aqil Beberkan Pusaka KH Hasyim Asy’ari

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Nahdlatul Ulama (NU) untuk mengantisipasi era metaverse. Jokowi membuka Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Rabu (22/12/2021).

Jokowi dalam sambutannya pada Muktamar Ke-34 NU mengatakan perihal metaverse dimana teknologi harus mau tidak mau kita harus masuk ke sana. Karena kita ingin teknologi ini mashlahat bagi umat.

“Maslahat bagi masyarakat, maslahat bagi rakyat, jangan sampai ini merusak, membuat hal-hal negatif bagi rakyat kita,” sambungnya.

Sebagaimana dikutip dari detik.com, Jokowi lalu bercerita ketika dirinya bertemu dengan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Dia dikenalkan dengan digital metaverse, yang hanya dengan memakai kacamata oculus bisa bermain tenis meja dan bola fisik.

Sebelumnya, Jokowi dan rombongan lepas landas melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta sekitar pukul 07.00 WIB dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1.

Turut mendampingi Presiden Jokowi dan Ibu Iriana dalam penerbangan menuju Provinsi Lampung adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M. Tonny Harjono, Komandan Paspampres Mayjen TNI Tri Budi Utomo, serta Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.

Sementara itu dikutip dari Nu.or.id Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj dalam sambutannya membeberkan dua hal yang menjadi wasiat pusaka Hadratussyaikh Romo KH Hasyim Asy’ari.

“Nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang saling menguatkan. Keduanya jangan dipertentangkan. Demikianlah pusaka wasiat dari Hadratussyaikh Kyai Hasyim Asy’ari yang diamini dan disuarakan ribuan ulama Pesantren,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu.

Kedua hal itu, menurut Said Aqil menjadi ciri sikap moderat NU melawan kutub polarisasi ekstremis. Dan, hal itu sudah menjadi kekhasan NU sejak awal.

“Dengan demikian kita mengerti bahwa ujian atas sikap tawasuth, ujian memoderasi polarisasi dua kutub ekstrim, memang sudah khas NU sejak awal mula pendiriannya,” terangnya.

Sikap moderat di antara dua kutub, nasionalisme dan agama menurutnya bukanlah hal mudah. Karena itu, moderat mempersyaratkan kecakapan pengetahuan dan kebijaksanaan. 

“Dua hal ini lah yang diteladankan para Imam Mazhab dan Ulama-ulama kita. Sementara untuk menjadi ekstrimis, seseorang cukup bermodalkan semangat dan fanatisme buta,” Ujar Siad Aqil. (Luk)