Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Terkini Politik & Hukum

Jusuf Kalla: The Winner dan Ketidakadilan Politik

:: Lukni Maulana
15 Januari 2022
dalam Politik & Hukum
Ketidakadailan politik

Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina, Jusuf Kalla

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Setelah reformasi berlaku “the winner”, yang menang yang dapat mengambil posisi. Maka kemudian terjadi rasa ketidakadilan politik.

BARISAN.CO – Menurut Jusuf Kalla dalam Pancasila ada dua kata, adil dan beradab. Sila Kelima Keadilan Sosial mempunyai nuansa bahwa adil dan maju adalah satu bagian dari upaya bangsa ini.

“Keadilan sosial membutuhkan manajemen yang baik dalam  implementasinya agar tidak terjadi konflik dan masalah-masalah sosial lainnya,” terang Jusuf Kalla dalam diskusi Twitte Space Forum Ekonomi Politik Didik J Rachbini, Jumat (14/1/2022) malam.

Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina mengatakan 75 tahun usia kemerdekaan Indonesia telah dilewati dengan 15 konflik besar. 11 di antaranya berpangkal pada masalah ketidakadilan sosial, ekonomi, politik.

“Konflik Aceh terjadi bukan karena bagaimana syariat Islam karena hal itu telah lama dilaksanakan, tetapi oleh adanya rasa ketidakadilan ekonomi. Aceh kaya sumber daya alam (SDA) tapi masyarakatnya tidak merasakan kemakmuran dengan baik dan merata. Konflik Ambon terjadi karena ketidakadilan politik. Jika sebelum reformasi ada pembagian kekuasaan secara adil misalnya jika Gubernurnya Kristen maka Wakil Gubernur beragama Islam,” lanjutnya pada gelar Dies Natalis Universitas Paramadina ke-25 dengan tema Cak Nur, Pancasila dan Indonesia yang Adil.

BACAJUGA

DMI Siap Gelar Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN 2022

DMI Siap Gelar Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN 2022

30 Juni 2022
kampung pancasila kota semarang

Kampung Pancasila, Kota Semarang Miniatur Indonesia

29 Juni 2022

Mantan Wakil Presiden ini menyampaikan setelah reformasi berlaku the winner, yang menang yang dapat mengambil posisi, maka kemudian terjadi rasa ketidakadilan politik. Juga konflik-konflik lain masa orde lama terkait rasa ketidakadilan.

“Untuk dapat dan mampu melaksanakan Keadilan maka Pemimpin dan SDM yang kompeten penting sekali digarap,” ujarnya

Melaksanakan keadilan menurut Jusuf Kalla membutuhkan SDM yang mumpuni agar dapat meningkatkan keadilan masing-masing.

“Keadilan juga harus saling menghormati, yang kaya membayar pajak dengan benar dan yang miskin bekerja sebaik-baiknya. Kerja sama dengan luar negeri untuk menyerap kemajuan teknologi juga penting dilaksanakan oleh SDM yang baik,” tegasnya.

Masalah moral

Ketua Yayasan Karakter Pancasila, Zaim Uchrowi mengatakan masalah besar bangsa saat ini adalah soal moral.

“Padahal jika kita cukup benar mengamalkan sila pertama Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa, maka akan berujung pada integritas moral,” imbuhnya.

Menurut Zaim, Cak Nur amat menekankan aspek Ketuhanan sebagai integritas pribadi. Jika kita berhasil menghayati makna T (Tuhan) besar ketimbang tuhan-tuhan kecil di sekitar kita, maka integritas pribadi dan sebagai bangsa akan tegak kuat.

“Keliru mempertentangkan Pancasila dengan agama karena idiom pikiran itu hanya menunjukkan kepentingan politik jangka pendek ketimbang kebutuhan besar bangsa ini agar Pancasila menjadi motor penggerak bangsa untuk maju,” terangnya.

Zaim menambahkan untuk dapat berlaku adil, pesan Cak Nur harus dimulai dari diri sendiri. Bagaimana memulainya, maka kuncinya ada pada integritas.

“Bukan semata dalam ucapan tapi juga tindakan. Pangkal soal saat ini, Pancasila semata hanya dipandang dari sudut ideologi politik saja. Jika hanya ideologi politik, maka hal integritas tidak akan menjadi bagian ideologi politik,” lanjutnya.

Sementara, Dr Suratno mengatakan Pancasila sebagai Kalimatussawa atau payung bersama semua agama untuk mengisi Indonesia adil makmur (Cak Nur).

“Pancasila sebagai common platform secara konseptual adalah modal optimis bangsa karena alat pemersatu. Pancasila bisa menjadi common platform karena racikannya sangat pas dengan kondisi bangsa,” imbuhnya

Menurut Dosen Falsafah dan Agama Universitas Paramadina pembentukan Karakter bangsa tidak akan efektif jika tidak ada keteladanan.

“Di tingkat elite, amat dibutuhkan keteladanan dari penyelenggara negara. Orang Indonesia jika di luar negeri dapat berperilaku disiplin karena ada keteladanan dari masyarakat di sekitarnya. Sementara di dalam negeri amat susah karena minim keteladanan,” pungkasnya. (Luk)

Topik: Dies Natalis ke-24 Universitas ParamadinaJusuf KallaPancasilaReformasi
Lukni Maulana

Lukni Maulana

Kegilaan adalah langkah awal dan setiap perjalanan langkah menuju mati

POS LAINNYA

koalisi gerindra pkb
Politik & Hukum

Koalisi Gerindra-PKB, Prabowo: Gus Imin Orator Luar Biasa

13 Agustus 2022
Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024
Politik & Hukum

Rapimnas Partai Gerindra: Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024

13 Agustus 2022
Walikota Pekanbaru Dinyatakan Terbukti Melawan Hukum Terkait Pengelolaan Sampah di Pekanbaru
Politik & Hukum

Walikota Pekanbaru Dinyatakan Terbukti Melawan Hukum Terkait Pengelolaan Sampah di Pekanbaru

4 Agustus 2022
Berkaca pada Kasus Dugaan Pelecehan Gofar Hilman: Speak Up Bisa Bantu Korban untuk Ringankan Beban
Politik & Hukum

Banyak Kasus Kekerasan Seksual yang Berujung Damai Membuat Korban Makin Terpojok

31 Juli 2022
Tahapan Pemilu: Pendaftaran Parpol Dibuka 1 Agustus, KPU Ingatkan Kelengkapan Dokumen
Politik & Hukum

Tahapan Pemilu: Pendaftaran Parpol Dibuka 1 Agustus, KPU Ingatkan Kelengkapan Dokumen

29 Juli 2022
relawan anies depok
Politik & Hukum

La Ode Basir Minta Relawan Jaga Dukungan Warga Pada Anies di Depok

25 Juli 2022
Lainnya
Selanjutnya
Indeks Ketenagakerjaan tahun 2021

DKI Jakarta Peringkat Tertinggi Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 2021, Jateng Urutan 11

Obat Covid-19 Molnupiravir Dapat Izin Darurat dari BPOM

Obat Covid-19 Molnupiravir Dapat Izin Darurat dari BPOM

TRANSLATE

TERBARU

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

Ilham Habibie Beberkan 3 Teknologi yang Paling Dibutuhkan Indonesia

14 Agustus 2022
Lima Prinsip Relawan ANIES

Lima Prinsip Relawan ANIES

14 Agustus 2022
Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

Demokrasi atau Democrazy, Kasus Indonesia dan Amerika

14 Agustus 2022
jakarta kota yang nyaman

Cerita Orang Jepang: Jakarta Kota yang Nyaman

14 Agustus 2022
potensi diri

6 Langkah Mengenali Potensi Diri, Saatnya Raih Kesuksesan

14 Agustus 2022
Assasin

Assasin – Cerpen Noerjoso

14 Agustus 2022
Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

Salman Rushdie Selamat, Pelaku Didakwa Penyerangan dan Pembunuhan Berencana

14 Agustus 2022

SOROTAN

Lima Prinsip Relawan ANIES
Opini

Lima Prinsip Relawan ANIES

:: Redaksi
14 Agustus 2022

Oleh: Laode Basir, Koordinator Relawan ANIES Satu simpul relawan yang makin aktif mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai Presiden menyebut dirinya...

Selengkapnya
Filosofi Pohon

Filosofi Pohon

11 Agustus 2022
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang