Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Kader HMI Seumur Hidup

Redaksi
×

Kader HMI Seumur Hidup

Sebarkan artikel ini

Percakapan membawaku mengenal lebih dekat kedua kawan HMI yang jauh lebih senior itu, yang berasal dari Perguruan Tinggi lain. Sempat pula kami mencoba mengetahui lingkungan sekitar. Aku naik ke pundak salah satu dari mereka, sehingga bisa melongok bagian luar ruang tahanan dari jeruji ventilasi. Ruang tahanan berada persis di belakang pos penjagaan markas Kodim, dan tak banyak yang dapat dilihat dari sudut pandang itu.

Setelah sekitar dua jam, tetiba dimasukkan satu orang lain yang mukanya berdarah-darah. Kami menduga dia adalah seorang pencuri atau kriminal, karena kami sendiri tidak disiksa secara fisik sepertinya. Bagaimanapun hal ini cukup mengguncang mental atau semacam psywar sebelum kami diinterogasi.

Sekitar 9 jam kemudian, kami dikeluarkan dari ruang tahanan dan diinterogasi. Interogasi dilakukan secara terpisah. Aku duduk di hadapan seorang tentara berpangkat sersan mayor yang bertanya sambil mengetik. Suasananya tampak formal, termasuk nada kalimat yang ditanyakan.

Oleh karena aku rajin membaca, cukup mengetahui prosedur resmi pemeriksaan demikian. Aku lebih sering menjawab tidak tahu, yang tampak menjengkelkan aparat pemeriksa. Alasan utamaku karena masih yunior di HMI. Hal yang sebenarnya cukup mengerti pun kujawab tidak tahu.  

Entah karena percaya atau sudah merasa bosan tidak memperoleh keterangan yang berarti tentang HMI, pemeriksa mau mengakhiri prosesnya. Pertanyaan terakhir menanyakan apakah aku dalam kondisi sehat ketika diperiksa. Aku sengaja menjawab tidak sehat, hingga dibentak beberapa kali. Ingatanku pada suatu bacaan tentang persidangan yang seseorang bisa mengubah pengakuannya ketika diperiksa dalam keadaan tidak sehat.

Aparat itu dengan nada keras dan ingin mengesankan sangat marah memaksaku push up. Katanya biar aku merasa sehat. Setelah beberapa kali disuruh berhenti dan ditanya apakah sudah sehat. Ketika tetap kujawab tidak sehat, kembali di suruh push up. Kali ini sempat diinjak dengan sepatu lars yang dipakainya, meski sedikit ditahan sehingga tak terlampau sakit. Aku tetap bersikeras tidak sehat, hingga menandatangani berita acara pemeriksaan.

Ketika selesai interogasi, kukira kami akan dibebaskan karena diantar pakai mobil bak terbuka Kodim. Ternyata dipindah dan dititipkan ke POLRES Yogyakarta. Di sana kembali dimasukkan dalam ruang tahanan. Kali ini bercampur dengan banyak tahanan lain dan berdesakan dalam ruang sempit, selama sekitar 20 jam. Setelah itu, baru kami dibebaskan.

Pengalaman menjadi panitia yang berkesan terjadi kembali pada pertengahan 1987. Aku menjadi semacam panitia dadakan Konperensi HMI Cabang Yogyakarta. Sebenarnya bukan sebagai panitia resmi, malah berstatus peserta utusan komisariat FE UGM. Namun karena konperensi berlangsung bertahap dan berpindah-pindah tempat, maka hampir seluruh panitia “tercecer” dan hanya meninggalkan seorang ketua pada sesi-sesi terakhir.