Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Kader HMI Seumur Hidup

Redaksi
×

Kader HMI Seumur Hidup

Sebarkan artikel ini

Dalam hal kepengurusan, aku pernah diamanahi menjadi Ketua Umum Cabang Yogyakarta. Tugas pertama mencari sekretariat dan membayar sisa utang kepengurusan sebelumnya. Padahal banyak orang masih takut terdaftar menyumbang HMI yang dianggap menentang rezim Soeharto.

Hampir semua kegiatan dilakukan dengan swadaya. Ditambah sumbangan alumni yang masih berani menyumbang, meski sebagiannya tidak ingin dicantumkan nama.

Sebagian besar kegiatan diupayakan di kampus dan tempat tertentu yang aman. Khusus pelatihan harus dilakukan sembunyi-sembunyi dan disamarkan dengan berbagai nama kegiatan. Anehnya, jumlah kegiatan meningkat pesat, dan terjadi lonjakan penerimaan anggota. Seingatku, periode kepengurusanku mencatatkan penerimaan anggota terbanyak sejak tahun 1980 hingga kini.

Pada saat masih menjadi ketua umum HMI Cabang Yogyakarta dan kemudian menjadi ketua umum HMI Badko Jawa Bagian Tengah, aku sekaligus menjadi pengader nasional. Selama kurun tahun 1989-1992 berkeliling wilayah Indonesia untuk menjadi pemandu dan pemateri training.

Saat berkeliling banyak kota, kondisinya tanpa kepastian kepulangan, karena keamanan ataupun keterbatasan dana. Pernah tertahan lebih dari sebulan di Makassar. Pernah masuk UGD rumah sakit karena kelelahan mengisi acara nyaris tanpa jeda selama beberapa hari. Di Semarang, Purwokerto dan Jogjakarta.

Selain berbagai pengalaman berkesan seperti kisah di atas, kenangan terindah adalah jodoh yang kuperoleh karena aktif di HMI. Aku kenal dan kemudian menikah dengan Ety Nurhayati. Dia pernah menjabat ketua umum KOHATI komisariat FE UGM dan Cabang Jogja.

Jika diingat-ingat kembali, aku amat beruntung pernah dibesarkan oleh dinamika HMI (MPO) dalam suasana perlawanan dan “penderitaan”. Kini semuanya menjadi kenangan indah tak terlupakan. Tak ada dendam pribadiku pada aparat keamanan (TNI dan POLRI), karena memahami kondisi yang mereka hadapi saat itu. Cintaku pada NKRI pun tak berkurang.

Aku juga tidak ingin hari tua ku menjadi sesuatu yang “membatalkan” semua kenangan itu. Umpama dengan menganut nilai hidup yang berbeda, apalagi melacurkan diri pada kepentingan kekuasaan apa pun.

Perlawanan, perjuangan, bahkan penderitaan sejatinya menuliskan kisah indah. InsyaAllah, aku bertekad menjadi kader HMI seumur hidup. Selamat Milad HMI! [Luk]