Scroll untuk baca artikel
Opini

Kasus Salah Tangkap Tunjukkan Sistem Peradilan yang Belum Sempurna

Redaksi
×

Kasus Salah Tangkap Tunjukkan Sistem Peradilan yang Belum Sempurna

Sebarkan artikel ini

Masa muda biasanya diisi dengan mengejar mimpi, namun nahas bagi Ricky Jackson, Ronnie Bridgeman, dan Wiley Bridgeman yang harus menghabiskan waktunya di dalam penjara atas kasus perampokan dan pembunuhan yang tidak pernah mereka lakukan.

Ya, ketiganya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1975. Hukuman itu diubah atas perubahan Undang-Undang menjadi hukuman seumur hidup.

Beberapa bulan kemudian, Ronnie dan Wiley mendapatkan kesempatan untuk pembebasan bersyarat walaupun akhirnya dibatalkan. Namun berbeda dengan Ricky, ia tak pernah sekalipun mendapatkan pembebasan bersyarat dan harus menghabiskan waktu sepenuhnya di dalam penjara karena dianggap sebagai pelaku penembakan yang menewaskan seseorang.

Sejak awal, baik Ricky, Ronnie, maupun Wiley selama masa penyelidikan berlangsung mengaku tidak bersalah. Sayangnya, kesaksian seorang bocah berusia 12 tahun bernama Eddie Vernon membuat ketiganya harus menanggung kesalahan atas hal yang tidak mereka perbuat.

Kejanggalan pun muncul satu persatu. Menurut teman sekelasnya, Eddie, yang saat kejadian berada di dalam bus dan tidak melihat kejadian tersebut secara langsung. Namun, polisi enggan mendengarkan. Pihak kepolisian mengabaikannya.

Polisi tetap melakukan penggeledahan pada mobil dan rumah dari Ricky, Ronnie, dan Wiley. Mereka tidak menemukan bukti.

Sebenarnya terdapat calon tersangka yang muncul kala itu serta bukti yang dapat memberatkan, namun entah apa yang ada di kepala para penegak hukum itu, mereka seolah berencana menjebloskan Ricky, Ronnie, dan Wiley ke penjara sehingga calon tersangka lainnya diabaikan begitu saja.

Polisi pun dengan berbagai cara memaksa Ricky, Ronnie, dan Wiley mengakui kejahatan yang tidak mereka lakukan tersebut termasuk dengan cara memukuli mereka.

Ketiganya selama di penjara berupaya membuktikan diri mereka tidak bersalah. Sekecil apapun usaha, jika dilakukan terus-menerus mereka yakin akan membuahkan hasil.

Pada tahun 2011, kisah Ricky diangkat oleh majalah Cleveland dan banyak orang yang menaruh perhatian termasuk saksi yang membuat mereka bertiga harus menjalani hukuman yang tidak adil.

Eddie pun akhirnya buka suara setelah pendetanya Arthur Singleton membujuknya.

Wiley telah dibebaskan bersyarat terlebih dahulu setelah menghabiskan waktu di penjara selama 27 tahun pada tahun 2002. Menyusul, Ronnie pada tahun 2003 dibebaskan pada tahun 2003. Namun Wiley kembali dipenjara karena pelanggaran bebas bersyarat.

Berbeda dari kedua temannya, kesehatan mental Ricky terganggu dan baru bisa benar-benar menghirup udara bebas setelah 39 tahun, 3 bulan, dan sembilan hari dipenjara.

Kompensasi gabungan sejumlah US$18 juta diberikan kepada ketiganya. Namun, uang itu tidak ada artinya karena Ricky, Ronie dan Wiley mengajukan gugatan kepada pihak-pihak yang membuat mereka harus dipenjara, yaitu para detektif yang menangani kasusnya saat itu termasuk polisi yang terlibat.

Pada Oktober 2019, Ricky menjadi tamu istimewa di Radford University, ia berkata: “Bagaimana keluarga dari orang yang meninggal dan kehilangan nyawanya? Mereka tidak pernah mendapatkan keadilan. Tak seorang pun secara resmi mendatangi dan meminta maaf. Mereka berbalik dan pergi.”

Contoh Kasus Salah Tangkap di Indonesia

Di tanah air pun, beberapa kali pihak kepolisian dilaporkan salah tangkap. Pada Oktober 2020, seorang dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) diduga menjadi korban salah tangkap saat unjuk rasa penolakan UU Cipta Kerja Omnibus Law. Dosen itu pun mengaku mendapat penganiayaan hingga babak belur.

Kemudian, pada Juli 2019, empat pengamen menggugat negara karena salah tangkap. Keempatnya dituduh membunuh sesama pengamen dengan motif berebut lapak di bawah jembatan Cipulir, Jakarta Selatan. Rasa takut membuat keempat pengamen tersebut terpaksa mengaku karena disiksa, seperti: dipukul, diestrum, ditendang, dan tindakan penyiksaan lainnya.