Scroll untuk baca artikel
Blog

Kata Siapa Karyawan Tidak Bisa Jadi Orang Kaya? Tengok Steve Ballmer!

Redaksi
×

Kata Siapa Karyawan Tidak Bisa Jadi Orang Kaya? Tengok Steve Ballmer!

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Umumnya, orang-orang terkaya di dunia berasal dari kalangan pengusaha. Sehingga, terbentuklah mindset pada mayoritas orang, kalau mau kaya jadilah pengusaha. Tapi, berbeda dengan Steve Ballmer, orang terkaya ke-9 di dunia versi Forbes (2022) ini justru menjadi miliarder dengan meniti karir sebagai karyawan.

Pria kelahiran 24 Maret 1956 silam itu berhasil mematahkan stereotip, satu-satunya jalan untuk menjadi kaya adalah menjadi pengusaha. Ia tidak seperti orang-orang kaya kebanyakan yang menjadi kaya karena merintis usaha. Ia malah mengumpulkan pundi-pundi uangnya berkat kesabaran dan kegetolannya mengoleksi saham pemberian perusahaan lewat opsi kepemilikan saham yang ia terima dari tempatnya bekerja.

Disebutkan oleh Forbes (20/4/2022), kekayaan Ballmer kini mencapai 91,4 miliar dollar Amerika Serikat (AS), meningkat drastis 33% dari tahun sebelumnya, 68,7 miliar dollar AS.

Walau ia karyawan, tapi apakah pria bernama lengkap Steven Anthony Ballmer itu berasal dari keluarga konglomerat? Tidak. Ia malah terlahir dari keluarga imigran yang mengadu nasib di Detroit, Michigan, AS. Ayahnya, Frederic Henry Ballmer adalah seorang imigran Swiss yang berprofesi sebagai seorang manajer di Ford Motor Company. Sedangkan ibunya, Beatrice Dworkin adalah keturunan Yahudi asal Belarusia.

Perjalanan Ballmer

Di mata teman-temannya, Ballmer kecil adalah anak yang pintar. Tercatat, ia merupakan lulusan sekolah internasional Brussel pada 1968. Saking pintarnya, dalam kompetisi matematika William Lowell Putnam, ia berhasil mengalahkan Bill Gates, pendiri Microsoft.

Berkat kepintarannya itu juga Ballmer diterima sebagai mahasiswa Matematika dan Ekonomi Terapan di Harvard University. Pada 1977, ia berhasil merampungkan kuliahnya dan lulus dengan predikat cum laude.

Kelar kuliah, ia memulai karirnya sebagai asisten manajer di P&G, perusahaan multinasional asal AS yang bergerak di bidang consumer goods. Bahkan, ia juga sempat menjajal profesi penulis skenario di Hollywood.

Akhirnya, pada 11 Juni 1980, Ballmer menjajaki karir di Microsoft. Disana, menjadi karyawan ke-30 perusahaan milik Bill Gates itu, sekaligus menjadi manajer bisnis pertama. Ia pun tidak hanya mendapat gaji saja, tapi juga opsi kepemilikan 8% saham.

Bekerja selama dua dekade, dari Microsoft masih dalam rintisan hingga menjadi perusahaan besar, Ballmer kemudian menempati posisi CEO pada 13 Januari 2000. Selama itu juga, ia memperoleh pendapatan dari gaji dan harga saham perusahaan yang terus naik. 

Pada tahun ketiga saat menjabat CEO, Ballmer malah sempat melepas 39,3 juta saham atau setara 955 juta dollar AS. Aksinya itu terbilang cukup unik lantaran ia menjual sahamnya ketika kinerja perusahaan dalam kondisi yang sangat bagus. Maka itu, dia kemudian hanya mengoleksi 4% saham Microsoft.

Gemar Berinvestasi

Selama menjadi CEO Microsoft, Ballmer banyak mengalokasikan hartanya untuk berinvestasi secara agresif. Namanya pun makin sohor setelah ia berinvestasi di klub basket.

Dalam proposal Chris R Hansen, Ballmer tercatat sebagai investor pembangunan arena anyar di lingkungan SoDo di Seattle. Dia bermimpi untuk membawa klub bola basket SuperSonics kembali ke Seattle.

Selain itu, Ballmer juga mencetak rekor penawaran tertinggi untuk pembelian Los Angeles Clippers sebesar 2 miliar dollar AS. Penawaran itu tertinggi kedua setelah penawaran terhadap Los Angeles Dodgers dalam sejarah dunia basket.

Kemudian, pada Maret 2020, lagi-lagi Ballmer jor-joran menggelontorkan dana untuk membeli The Forum di Inglewood, California. Ia berencana hendak membangun Intuit Dome disana untuk arena baru LA Clippers.