Scroll untuk baca artikel
Blog

Kaum Milenial Perlu Melek Agama dan Melek Politik

Redaksi
×

Kaum Milenial Perlu Melek Agama dan Melek Politik

Sebarkan artikel ini

POPULASI ‘penghuni baru’ di negeri ini terus meningkat, mereka adalah kaum milenial yang menjadi harapan dan energi baru mendatang atau bisa juga menjadi beban bangsa masa depan.

Kualitas mereka esok hari sangat di tentukan oleh pembinaan dan perhatian kita hari ini. Setidaknya kaum milenial itu harus melek agama dan melek politik.

Dengan melek agama, mereka mendapat bekal pengetahuan dan pembentukan akhlak yang baik agar mampu mengontrol diri dan lingkungannya.

Kecerdasan spiritual sangat diperlukan untuk menghadirkan generasi milenial yang unggul juga beradab. Harapannya, krisis akhlak dan pemahaman yang keliru dalam beragama bisa dihilangkan.

Sesungguhnya, milenial tangguh adalah sosok yang dapat menjalankan tugasnya sebagai hamba sekaligus mampu menjunjung tinggi toleransi sebagai anak bangsa.

Bagi muslim, indikator terkecil melek agama terlihat dari komitmen  menjaga hubungan baik dengan Tuhannya melalui ibadah sholat, selalu menumbuhkan rasa takut kepada sang Pencipta, serta menghadirkan kasih sayang kepada sesama.

Selain melek agama, kaum milenial harus melek politik. Karena nasib dan kondisi mendatang ditentukan oleh kepemimpinan yang juga lahir dari proses politik.

Partisipasi dan minat anak muda terhadap politik cukup rendah, maka perlu adanya upaya pembinaan untuk menumbuhkan kepedulian dan kesadaran politik mereka sebagai agenda utama.

Sejarah memberikan keteladanan bahwa peran dan semangat muda untuk membangun bangsanya sangatlah besar.

Sebut saja, panglima jenderal Soedirman diangkat sebagai pejuang tertinggi diusia muda. Kemudian, Budi Utomo di tahun 1908 menjadi pelopor kebangkitan persatuan yang juga berdarah muda.

Lalu tokoh lainnya, seperti K.H. Hasyim Asyari dan K.H. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.

Mereka teladan abadi bagi kita, tokoh sepanjang masa yang berhasil meledakan potensi dengan menyelaraskan melek agama dan melek politik.

Bukankah Tuhan tidak merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum tersebut yang punya kemauan untuk merubah nasibnya sendiri? Maka, manfaatkan kesempatan ini untuk menjadi generasi muda yang berdaya serta mau menjemput takdir baiknya sendiri. [rif]