“Ketika sebagian orang mempertontonkan kekayaannya, yang korupsi bernyanyi, itu jadi bagaimana kita? Terlepas dari enggak salah, terserah youtuber, tapi dia memamerkan kekayaan seperti itu apa yang akan terjadi pada bangsa ini?” katanya.
Menurut Awalil, ekonomi yang mengedepankan materi dan uang sebagai tolok ukur utama tetap akan berakhir pada ketimpangan.
“Itu sudah hukum alam. Maka harus dibalik, yang kita kedepankan itu manusia dan nilai,” pungkas Awalil.
Salah satu Youtuber yang sering disorot karena konten pamer kekayaan ialah Atta Halilintar. Namun sialnya, Atta selalu bisa membela diri dengan kalimat “Iri, bilang bos!” dan seperti tak ada orang yang bisa membalas kalimat iseng nan provokatif itu.
Jika melihat situasi saat ini, di mana banyak di antara masyarakat getir berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari, sikap Atta tampak seperti seseorang yang berjalan di atas permadani dan orang sekitar hanya memandanginya tanpa mampu menyentuh.
Tentu sebagai Youtuber kondang, Atta semestinya punya segala kemampuan untuk membuat masyarakat cerah. Sayangnya, jika dilihat, ia cenderung memiliki gangguan kepribadian narsistik yang agak sulit untuk mengubah isi konten yang dibuatnya tanpa embel-embel pamer.
Kencenderungan pamer tentu saja menimbulkan banyak persoalan. Barisanco pernah menyorot terkait ini. Simak tentang masalah-masalah pamer dalam artikel berikut.
Kita hidup di zaman yang begitu bergolak dan menjengkelkan. Atta bukan satu-satunya orang tajir yang serba bermasalah di negeri ini. Mereka semua ada di sana, mendatangi kehidupan kita lagi dan lagi, lewat serambi gawai yang kita genggam tiap hari sampai jelang tidur.
Eksistensi mereka semakin besar dan tak ada yang mampu membendungnya. Bahkan bilamana semakin kita julid, semakin mereka berkibar. Apa yang kita rasakan seperti tidak adil tetapi begitulah yang terjadi. Bahkan rasa-rasanya, hampir tidak ada rumus untuk menyelesaikan subjek pembahasan ini.
Barangkali yang bisa kita lakukan hanyalah menjaga diri, sebaik mungkin dan sehormat-hormatnya, dari kehadiran mereka, dari ilusi yang mereka pertontonkan, dari anasir-anasir tak beradab yang mereka lakukan. [dmr]