Sepertinya Megawati mendapat masukan yang salah atau pengalaman menyimak yang salah. Karena di Jakarta dan di daerah lainnya banyak majelis taklim maka dianggap yang mengaji itu hanya satu kelompok. Padahal kelompok lain dan waktu mengajinya berbeda. Karena hampir setiap hari ada pengajian di beda masjid atau musala maka dianggapnya ibu-ibu mengaji setiap hari.
Kesimpulan Megawati seolah stunting menjadi urusan dan tanggung jawab ibu-ibu juga keliru. Padahal stunting bukan karena kesalahan ibu-ibu lantaran ikut pengajian justru stunting lebih banyak karena kebijakan Pemerintah yang tidak memihak.
Misalnya stunting juga karena pendidikan dan kesadaran ibu-ibu yang rendah. Rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia yang setara kelas satu SMP siapa yang salah. Apakah ibu-ibu pengajian? Tentu bukan.
Harga-harga yang melambung tinggi, lapangan kerja yang rendah, sekira satu juta buruh di-PHK dan subsidi yang dicabut atau dikurangi. Siapa yang salah? Ibu-ibu pengajian? Tentu bukan.
Justru semua kebijakan itu yang menyebabkan anak-anak stunting. Ibu-ibu tak bisa mengalokasikan dananya untuk beli daging, sayuran dan susu karena penghasilannya tidak cukup.
Belum lagi partai politik yang kadernya banyak memelihara koruptor sehingga duit yang seharusnya digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan penyediaan barang pokok dirampok. Termasuk Harun Masiku, yang sampai saat ini raib. Apakah yang salah ibu-ibu pengajian? Tentu bukan.
Ibu Megawati mungkin membaca pemberitaan bagaimana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menggunakan dana Baznas untuk merehabilitasi rumah kader partai yang rumahnya tak layak.
Padahal, dana Baznas itu selayaknya untuk ekonomi produktif sehingga lebih bermanfaat dan bisa memberikan kesejahteraan termasuk mengentaskan stunting.
Kenapa mereka yang jelas kader partai dibangun menggunakan dana Baznas? (Kendati kabarnya belakangan dibatalkan). Mereka sampai tak sempat mengurus rumahnya karena sibuk dengan partai.
Jadi, mereka bukan karena sibuk dengan pengajian, kan?