Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Kesehatan

Kerokan, Metode Pengobatan yang Melegenda

:: Redaksi
22 November 2020
dalam Kesehatan
Kerokan

Kerokan/Foto: Flixr

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Barisan.co – Meski pengobatan modern kian maju pesat. Namun cara-cara pengobatan tradisional masih banyak berlaku di masyarakat kita, kerokan misalnya.

Khususnya orang Jawa, kerokan dianggap sebagai pengobatan paling manjur ketika mengalami masuk angin. Jadi jangan heran, meski kini ada BPJS yang cenderung gratis.

Masyarakat lebih memilih kerokan untuk pengobatan masuk angin. Bahkan metode semacam kerokan juga dikenal di negara lain, seperti di China (gua sha), Vietnam (cao gio), dan Kamboja (goh kyol).

Seorang Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Didik Gunawan Tamtomo tertarik meneliti mengenai manfaat kerokan.

BACAJUGA

Mahatma Gandhi

7 Tips Rahasia Sehat Mahatma Gandhi

23 Maret 2023
Mulut terasa pahit

Mulut Terasa Pahit Saat Sakit? Berikut Penjelasannya

26 Desember 2020

Penelitian itu dilakukan sepanjang tahun 2003-2005. ”Kerokan adalah kearifan lokal. Pasien saya menyatakan, kalau belum kerokan, belum puas,” kata Didik, awal April di Solo seprti ditulis Kompas.

Pada tahap awal, Didik melakukan survei kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya, dari 390 responden berusia 40 tahun ke atas yang mengembalikan kuesioner, hampir 90 persen mengaku kerokan saat ”masuk angin”.

Responden Didik adalah para pasien, tetangga, dan pedagang di pasar. Para responden meyakini manfaat kerokan untuk menyembuhkan ”masuk angin”.

Istilah ”masuk angin” sebenarnya tidak dikenal dalam dunia kedokteran. Masuk angin merujuk pada keadaan perut kembung, kepala pusing, demam ringan, dan otot nyeri.

Kerokan di Indonesia biasanya menggunakan uang logam ataupun alat pipih tumpul yang digerakkan di kulit secara berulang-ulang menggunakan minyak sebagai pelicin.

Tidak merusak

Pada tahap kedua, Didik menjadikan dirinya sebagai obyek penelitian. Ia mengerok bagian tangannya lalu dibiopsi, yaitu diambil sedikit jaringan kulit epidermisnya (kulit ari) untuk pemeriksaan mikroskopis.

Selama ini ada anggapan, orang yang sering dikerok kulitnya akan rusak, pori-pori kulitnya membesar, atau pembuluh darahnya pecah. Namun, hasil pemeriksaan di laboratorium patologi anatomi UNS menunjukkan tidak ada kulit yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah, tetapi pembuluh darah hanya melebar,” kata Didik.

Melebarnya pembuluh darah membuat aliran darah lancar dan pasokan oksigen dalam darah bertambah. Kulit ari juga terlepas seperti halnya saat luluran.

Meningkatkan endorfin

Penelitian tahap akhir adalah penelitian biomolekuler, yakni pemeriksaan darah dari orang yang kerokan dan orang yang tidak kerokan. Didik mengumpulkan sejumlah orang dengan kondisi serupa. Seperti berat badan, usia, dan mengalami nyeri otot sebagai salah satu ciri ”masuk angin”.

Semua responden adalah perempuan karena mereka dinilai lebih suka kerokan daripada laki-laki. Para responden dibagi dalam dua kelompok dan menjalani pemeriksaan darah.

Kelompok pertama kemudian dikerok, sedangkan kelompok kedua tidak. Seluruh responden selanjutnya diperiksa lagi darahnya. Ada empat hal yang diamati, yakni perubahan kadar endorfin, prostaglandin, interleukin, serta komplemen C1 dan C3.

Hasilnya, kadar endorfin orang-orang yang dikerok naik signifikan. Peningkatan endorfin membuat mereka nyaman, rasa sakit hilang, lebih segar, dan bersemangat.

Kadar prostaglandin turun. Prostaglandin adalah senyawa asam lemak yang antara lain berfungsi menstimulasi kontraksi rahim dan otot polos lain serta mampu menurunkan tekanan darah, mengatur sekresi asam lambung, suhu tubuh, dan memengaruhi kerja sejumlah hormon.

Di sisi lain, zat ini menyebabkan nyeri otot. Penurunan kadar prostaglandin membuat nyeri otot berkurang. ”Adapun perubahan komplemen C3, C1, dan interleukin yang menggambarkan adanya reaksi peradangan tidak signifikan,” kata Didik.

Ia menyarankan, kerokan sebaiknya dimulai dari atas ke bawah di sisi kanan dan kiri tulang belakang, dilanjutkan dengan garis-garis menyamping di punggung bagian kiri dan kanan. Alat pengerok dipegang 45 derajat agar saat bergesekan dengan kulit tidak terlalu sakit.

Salah satu unsur dalam kerokan yang mendukung pengobatan adalah hubungan emosional antara orang yang dikerok dan orang yang mengerok. ”Ibu yang mengerok anaknya sambil bercerita merupakan unsur biopsikososial dalam pengobatan yang kini digalakkan dalam pengobatan modern,” kata Didik.

Pengeluaran beta endorfin pada tubuh diatur oleh jaringan endotel yang ada di dalam pembuluh darah. Jaringan endotel terstimulasi oleh gerakan kerokan lalu mulai meningkatkan kadar beta endorfin.

Kasus serupa juga dirasakan oleh orang yang melakukan terapi pijat. Oleh sebab itu, baik kerokan maupun pijat akan menciptakan sensasi pikiran yang lebih nyaman di samping menyingkirnya kepenatan yang dirasakan tubuh.

Hanya saja, tidak disarankan terlalu sering melakukan kerokan agar kadar beta endorfin tidak menimbulka efek buruk bagi kesehatan.

Pada intinya, kerokan sebagai kearifan lokal bermanfaat untuk mendapatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri otot. Namun, seperti halnya obat, tidak baik jika berlebihan.

Meningkatkan kekebalan tubuh

Satu lagi sisi menarik dari kerokan, yaitu kekebalan tubuh ikut meningkat. Pada saat terjadi pelebaran pembuluh darah akibat punggung dikerik, sel-sel darah putih juga ikut mengalir lancar.

Sel darah putih makin menunjukkan reaksinya demi menjaga tubuh akibat pecahnya ujung pembuluh darah tepi seperti pada kejadian terbentur atau terpukul.

Perlu dipahami, efek warna merah di kulit saat dikerik menunjukkan pecahnya ujung pembuluh darah tepi. Tubuh secara otomatis mengusahan bagian tersebut agar segera sembuh dan berfungsi seperti semula.

Pada kasus kerokan, sel-sel darah putih ikut “diterjunkan” tubuh melalui perintah otak agar pecahnya pembuluh darah tidak sampai dimasuki oleh benda asing berbahaya seperti virus, bakteri, dan sebagainya. Jumlah sel-sel darah putih sebagai elemen kekebalan tubuh meningkat.

Penulis: Alfin Hidayat

Topik: Alfin HidayatKerokanPengobatan Tradisional
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

kandungan gizi tempe
Kesehatan

Kandungan Gizi Tempe, Berikut Cara Menggoreng yang Baik dan Renyah

1 Juni 2023
Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan
Kesehatan

Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

1 Juni 2023
mencegah penyakit jantung
Kesehatan

Pemerintah Perluas Program Pencegahan Penyakit Jantung Hingga ke Posyandu

28 Mei 2023
7 Jenis Tes Kesehatan Pranikah bagi Pasangan
Kesehatan

7 Jenis Tes Kesehatan Pranikah bagi Pasangan

24 Mei 2023
thalasemia
Kesehatan

Berencana Menikah dan Punya Anak? Tes Thalasemia Dulu, Yuk!

23 Mei 2023
Neuropati Perifer
Kesehatan

Waspada! Neuropati Perifer: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

22 Mei 2023
Lainnya
Selanjutnya
Chozin: Jabatan Tinggi Tapi Tidak Punya Follower Itu Bukan Pemimpin Tapi Pejabat

Chozin: Jabatan Tinggi Tapi Tidak Punya Follower Itu Bukan Pemimpin Tapi Pejabat

Anies Baca Buku ‘How Democracies Die’, Ini Ringkasannya

Anies Baca Buku 'How Democracies Die’, Ini Ringkasannya

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Bahlil Lahadalia Menjadi Pengusaha
Terkini

Bahlil Lahadalia Ajak Lulusan Universitas Paramadina Menjadi Pengusaha

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Orasi ilmiah "Kebijakan Investasi untuk Mencapai Indonesia yang Sejahtera"

Selengkapnya
kandungan gizi tempe

Kandungan Gizi Tempe, Berikut Cara Menggoreng yang Baik dan Renyah

1 Juni 2023
korupsi dan ideologi

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

1 Juni 2023
Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

1 Juni 2023
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023

Poster Perhatikan Kebutuhan Pokok Bukan Terus Merokok, Mahasiswa Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia

1 Juni 2023
ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

1 Juni 2023
Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

1 Juni 2023
Lainnya

SOROTAN

korupsi dan ideologi
Opini

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Korupsi dan ideologi

Selengkapnya
Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

31 Mei 2023
Mengawasi Black Campaign

Penguatan Peran Bawaslu dalam Mengawasi Black Campaign di Sosial Media pada Pilpres 2024

31 Mei 2023
Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

30 Mei 2023
Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

29 Mei 2023
Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

29 Mei 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang