BARISAN.CO – Setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Peringatan Hari Lingkungan Hidup sebagai wujud untuk memberikan kesadaran global terhadap tindakan lingkungan yang positif bagi perlindungan alam.
Namun seiring waktu, kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membawa efek terhadap lingkungan hidup. Kesadaran lingkungan yang memberikan beragam kebutuhan manusia, akan tetapi manusia lupa terhadap alam lingkungan.
Hubungan timbal balik antara lingkungan hidup dan manusia semakin tidak seimbang. Sebagaimana filosofi siapa yang menanam, ia yang memanen. Namun manusia cenderung rakus untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hutan lindung menjadi pemukiman, tanah pertanian menjadi ladang industri. Begitu juga lahan perkebunan menjadi pusat ekonomi kapitalisme. Jika hal ini terus menerus dilakukan, alam pun juga akan melakukan tindakan.
Alam bukan murka dengan memberikan longsor, banjir, maupun gempa bumi. Tapi alam ingin memperbarui dirinya. Akan tetapi manusia setidaknya mengambil hikmah atas apa yang ditimpakan. Sebagaimana siapa yang berbuat, ia yang bertanggung jawab.
Jadi kerusakan alam dan lingkungan hidup manusia bukan karena penuaan alam itu sendiri. Justru diakibatkan oleh tangan-tangan yang selalu berdalih memanfaatkannya, yang acapkali mengeksploitasi untuk kebutuhan sesaat.
Andai terus berlanjut, lantas apa yang ditinggalkan untuk anak cucu pewaris alam ini. Marilah senantiasa menjaga alam dengan penuh kesadaran kolektif. Bahwasanya tidak ada yang lebih indah selain saling menjaga harmonisasi antara alam dan manusia.
Sebab manusia adalah lingkaran, maka ketika amal dirusak ia akan memperbarui dirinya dengan bentuk beragam bencana. Andai manusia merawatnya dengan cinta kasih alam akan memberikan beragam kenikmatan dan kebutuhan hidup manusia.
Kerusakan alam semakin menjadi-jadi berdampak pada krisis lingkungan hidup yang berujung pada krisis kemanusiaan. Maka krisis ini harus menjadi pusat perhatian bagi setiap orang.
“Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?” (QS. Shaad/38: 28).[Luk]