BARISAN.CO – Bulan Ramadan menjadi bulan yang penuh dengan peristiwa besar. Salah satunya yakni perihal KH Sholeh Darat atau bisa disebut juga dengan nama Kiai Sholeh Darat. Namanya sangat dikenal, karena ia adalah guru RA Kartini. Terlebih bagi warga Semarang dan tentunya Jawa Tengah sering menyebut KH Sholeh Darat dengan sebutan Mbah Soleh Darat.
Nama pemberian orangtuanya KH Umar yakni Muhammad Sholeh. KH Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbling, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada tahun 1820 M/1238 H. Di kenal dengan nama Kiai Sholeh Darat, kebiasaan masyarakat nama beliau ditambah dengan nama wilayah yang ditempati yakni “Darat.” Ia tinggal di daerah pantai utara Semarang bernama Darat yang tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung yakni Nipah Darat dan Darat Tirto.
Ia secara pendidikan ditempa oleh ayahnya yang memang seorang ulama. Hingga beliau menimba ilmu sampai ke Makkah berguru kepada ulama-ulama besar seperti, Syaikh Muhammad al-Marqi, Syaikh Muhammad Sulaiman Hasballah, Syaikh Muhammad Zein Dahlan, Syaikh Zahid, Syaikh Umar Assyani, Syaikh Umar Yusuf al-Misri, serta Syaikh Jamal Mufti Hanafi.
Di kota Makkah inilah beliau bertemu dengan para santri dari Indonesia diantaranya KH. Nawawi al-Bantani dan KH. Muhammad Kholil al-Maduri.
Pulang dari Makkah
Saat belajar di Makkah, KH Sholeh Darat mendapatkan cobaan tanpa ia ketahui yakni kabar bahwa istri dan ayahnya meninggal dunia. Lalu Kiai Murtadlo dari Semarang mengirim pesan kepada KH Sholeh Darat melalui Jama’ah Haji yang ke Mekkah agar pulang ke Semarang. Kepulangannya diharapkan mampu meneruskan perjuangan ayahnya dalam mendidik dan mengajar para santri.
Ketika hendak pulang KH Sholeh Darat mendapat rintangan, ia ketahuan pihak Belada sebab Ia dikhwatirkan mampu membangkitkan perlawanan terhadap Belanda. Namun beliau berusaha tetap ingin pulang dengan cara mengelabui yakni ia tidak menumpang seperti layaknya penumpang kapal. Tapi ia sembunyi di dalam peti, lalu dimasukan ke gudang penyimpanan barang bawaan penumpang.
Setelah beberapa lama di Semarang, lalu beliau melaksanakan pernikahan kedua dengan putri dari KH Murtadlo yang menyuruhnya pulang ke Semarang yakni Shofiah. Dari Shofiah ini KH Sholeh Darat dikarunia keturunan H. Ustman Cholil, H. Sukri Cholil, Zahroh, dan HM. Ali Cholil. Beliau juga melaksanakan pernikahan ketiga yakni dengan putri Bupati Bulus Purworejo Sayid Ali yang masih sarifah (keturunan Nabi Muhammad) bernama RA. Siti Aminah.
KH Sholeh Darat mulai mengamalkan ilmunya dengan memberikan pengajaran di Pondok Pesantren Darat milik mertuanya KH Murtadlo. Di tangan beliau inilah Pesantren Darat mengalami perkembangan yang pesat, santri-santri mulai berdatangan dari berbagai daerah.
Bahkan santri-santri beliau yang saat ini sangat masyhur seperti KH. Hasyim Asyri (tebu Ireng), KH. Ahmad Dahlan, KH.Munawir (Krapyak, Jogjakarta), KH. Termas Mahfudz (Termas, Pacitan), maka pantas rasanya bila KH. KH Sholeh Darat disebut-sebut sebagai gurunya para ulama di Jawa.
Karya
Sebagai ulama yang masyhur, beliau memiliki karya-karya yang luar biasa terutama berbahasa Pegon. Terlebih aktivitas beliau dalam berdakwah di berbagai daerah di wilayah Jawa Tengah. Pertemuannya dengan RA Kartini tidak dapat lepas dari kiprah beliau dalam berdakwah. Yakni pada saat KH Sholeh Darat mengisi pengajian pengajian di Pendopo Kabupaten Demak sekitar tahun 1901 M, secara kebetulandihadiri oleh RA. Kartini. Materi pengajian yang disampaikan adalah tafsir al-Fatihah dari kitab Faidhur Rahman.
Di kenal sebagai gurunya para ulama besar di Jawa, beliau sangat alim dan mengusai beragam disiplin ilmu. Seperti penguasaanya dalam bidang Fiqih, Teologi, Tasawuf, Tafsir, dan ilmu Falak. Beliau sebagai penulis kitab Pegon atau kitab berbahasa Arab-Jawa, melalui karya pegon inilah beliau dikenal luas di kawasan Asia Tenggara karena kitab-kitabnya dicetak di Bombay Singapura.
Lalu kitab berbahasa Arab-Jawa ini diteruskan oleh para muridnya. Mulailah berkembang kitab-kitab pegon adapun murid-muridnya dalam penulisan kitab pegon ini seperti, KH. Hasyim Asyari, KH. Mahfudz Termas, KH. Dalhal Muntilan, KH. Cholil Rembang, KH. Syahli dan KH. Hamid Kendal.
Adapun karya beliau diantaraya Majmu ‘atus Syari’at li Kafiyatul Awam, Sabilil Abid ‘Ala Jauharatut Tauhid, Mujiyat, Lathaifut al-Thaharah wa Asrarus Shalat, al-Hikam, Pasolatan, Minhajul a-Qiya’, Mursyidul Wajiz fi Ilmul Qur’an, Mansikul Haji, Hadis Mi’roj, Syarah Burdah, dan Tafsir Faidhur Rahman.
Untuk kitab Tafsir Faidhur Rahman inilah kitab dihadiahkan kepada RA Kartini sebagai kado pernikahan dengan Bupati Rembang yakni RM. Joyodiningrat.
KH Sholeh Darat senantiasa konsisten berdakwah dan mengajar para santri. Menurut catatan ahli waris KH Sholeh Darat wafat pada hari Jum’at sore atau bertepatan dengan Jum’at Legi (menurut kalender Jawa) pada pukul 17.00 Wib. Wafat pada usia 83 tahun pada tanggal 18 Desember tahun 1903 yang bertepatan dengan tanggal 28 Ramadan 1321 H.
Diskusi tentang post ini