Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Ki Hadjar Dewantara: Kecerdasan Budi Pekerti

Redaksi
×

Ki Hadjar Dewantara: Kecerdasan Budi Pekerti

Sebarkan artikel ini

Akibat tulisan tersebut, Soewardi dibuang ke Pulau Bangka. Indische Partij pun dilarang. Kedua sahabatnya, Douwes Dekker dan Tjipto juga turut dibuang ke tempat yang berbeda.

Kemudian, ketiga tokoh Indische Partij itu, yang juga dikenal sebagai “tiga serangkai”, mengajukan permintaan untuk disatukan di Belanda, dan permintaan mereka dikabulkan. Alhasil, mereka, tiga serangkai itu menjadi orang buangan di Belanda.

Dalam masa pembuangan di negeri Eropa, Soewardi berkesempatan belajar ilmu Pendidikan. Ia berkenalan dengan ide-ide Froebel dan Montessori, serta model pendidikan Santiniketan yang dikembangkan Rabindranath Tagore.

September 1919, Soewardi Kembali ke tanah air. Ia pun segera mewujudkan gagasan pendidikan untuk kalangan jelata, Taman Siswa, yang resmi berdiri pada 3 Juli 1922. Perguruan Taman Siswa mengombinasikan gagasan pendidikan Barat, dari Froebel dan Montessori, dengan model pesantren yang marak di tanah air, terutama Jawa.

Berikutnya, setelah genap berusia 40 tahun, Soewardi mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia mendedikasikan diri benar-benar total untuk pendidikan.

Bersama Taman Siswa, ia menandaskan bahwa pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat, baik kekuatan dalam hidup batin maupun kekuatan lahir, yang melekat pada setiap anak. Pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia berkebudayaan yang merdeka, yang memahami diri sendiri sekaligus memahami lingkungannya.

Dari situlah tampak, Ki Hadjar Dewantara benar-benar memiliki kedekatan dengan Maria Montessori, Helen Parkhust, Rabindranath Tagore, dan Paulo Freire, sebagai tokoh-tokoh pendidikan berhaluan merdeka.

Bagi Ki Hadjar, sekali lagi pendidikan adalah proses kebudayaan, yang berjenjang untuk kognitif (ngerti), afektif (ngrasa), dan psikomotorik (nglakoni). Sehingga, kurikulumnya pun berkisar pada upaya daya pikir, daya rasa, daya karsa, dan daya raga.

Singkat kata, menurut Ki Hadjar bahwa pendidikan itu upaya menuju kesempurnaan hidup. Bahwa pendidikan mesti bersemangat keluhuran budi manusia. Bahwa pendidikan adalah titian ke arah kecerdasan budi pekerti. Bahwa pendidikan adalah mendidik ke arah kekeluargaan dan gotong royong. Bahwa pendidikan mesti selaras dengan hidup dan penghidupan rakyat, serta tidak tercerabut dari realitas keseharian.

Begitulah, sekilas Ki Hadjar Dewantara yang saya sadap buku Mata Air Keteladanan karya Yudi Latif. Ki Hadjar kini dikenang sebagai tokoh pendidikan, tanggal lahirnya dijadikan sebagai hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar meninggal pada 29 April 1959.