Scroll untuk baca artikel
Blog

Cerita di Balik Lagu ‘Internationale’ yang Diterjemahkan Ki Hajar Dewantara

Redaksi
×

Cerita di Balik Lagu ‘Internationale’ yang Diterjemahkan Ki Hajar Dewantara

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COLagu‘Internationale’ sangatlah populer mengiringi pemberontakkan terhadap kapitalisme dan imperealisme di awal abad ke-20. Banyak negara di belahan dunia berbeda menjadikan lagu ini semacam mantra untuk mengikat massa yang tercerai ataupun memadatkan massa yang cair.

Tak ketinggalan, di Indonesia, dengan semangat memerangi penjajahan melalui bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara pun menerjemahkan dan memodifikasi lirik lagu Internationale ke dalam bahasa Indonesia.

Ki Hajar kemudian memopulerkannya dengan tujuan sebagai lagu perlawanan terhadap kolonialis serta sebagai pelecut nasionalisme bagi rakyat Indonesia.

Lagu Internationale, di masa-masa itu, memang jamak digemakan di negara-negara komunis maupun sosialis sebagai perlawananan terhadap paham kapitalisme. Negara-negara seperti di China, Uni Soviet, Korea, dan lain-lain, menggunakannya nyaris dalam skala yang tak kepalang tanggung.

Berdasarkan sejarahnya, lagu tersebut diciptakan Eugene Pottier pada tahun 1871 di Prancis. Lagu ini memang sejak semula diniatkan sebagai gema kaum proletar untuk mengikis kangkangan kaum borjuis di negara Prancis.

Awalnya Internationale memang hanya bergema di Prancis. Tapi mungkin karena lagu ini punya kemampuan menggugah yang demikian kuat, sehingga, tak berhenti di Prancis, lagu ini bahkan kemudian dijadikan sebagai lagu kebangsaan Uni Soviet kala masih berdiri kokoh sebagai negara berfundamental komunis terbesar pada tahun 1922-1944.

Walaupun demikian, patut kita yakini dan sadari bahwa Ki Hajar Dewantara tidak bermaksud untuk menyisipkan paham sosialis maupun komunis di negeri NKRI ini. Karena baginya, lagu tersebut lebih merupakan cambuk bagi rakyat Indonesia untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan sebagai moodboster untuk tetap mengatakan ‘lawan penjajah’.

Berikut lirik Internationale versi Ki Hajar Dewantara:

Bangunlah kaum yang terhina!
Bangunlah kaum yang lapar!
Kehendak yang mulia dalam dunia
Senantiasa bertambah besar

Lenyapkan adat dan faham tua
Kita rakyat sadar! Sadar!
Dunia sudah berganti rupa
Untuk kemenangan kita

Perjuangan penghabisan
Kumpulah melawan
Dan Internasionale
Pasti di dunia!

Dari lirik Internationale versi Ki Hajar Dewantara tersebut sangat jelas ajakan untuk rakyat Indonesia sadar dan berubah bersama-sama melawan segala bentuk kolonialisme yang terjadi di negeri tercinta kala itu.

Setelah praktik kolonialisme usai, munculah fase industrialisasi. Di fase ini, di mana perbudakan kolonialisme berubah menjadi perbudakan korporatisme, lagu Internationale tetap berkumandang dengan masih mempertahankan struktur bawah sadar yang sama.

Industrialisasi sendiri ditandai dengan adanya ketidakadilan terhadap karyawan atau kaum buruh oleh para penguasa korporat. Pengupahan ataupun jaminan penghidupan kepada mereka, pada banyak kasus, diterima dalam kualitas dan kuantitas yang tidak layak.

Demikianlah mengapa, setiap tanggal 1 mei yang ditetapkan sebagai hari buruh dunia, kita sering mendengar gema lagu tersebut yang diiramakan bersama oleh para buruh saat aksi unjuk rasa dengan berbagai tuntutan kesejahteraannya. []