Scroll untuk baca artikel
Blog

Konsekuensi Menjadi Penjilat di Tempat Kerja

Redaksi
×

Konsekuensi Menjadi Penjilat di Tempat Kerja

Sebarkan artikel ini

Katakan blak-blakkan alasan di balik ketidaksetujuan Anda. Ini akan lebih berguna ketimbang hanya manggut-manggut, tetapi di belakang menggerutu.

BARISAN.CO – Penjilat ada dimana-mana. Mereka terkadang tampak berprestasi, tetapi belum tentu berkinerja lebih baik bahkan bisa jadi di bawah rata-rata karyawan lainnya.

Satu hal yang pasti, mereka tahu cara mengambil hati atasannya. Karyawan biasanya melakukan ini untuk menciptakan dan mempertahankan citranya di tempat kerja.

Sebuah jurnal tahun 2018 menemukan, ada biaya bagi penjilat. Anthony Klotz, penulis utama studi itu mengungkapkan, mereka yang menyanjung bosnya memiliki rasa aman yang salah dan cenderung kurang disiplin.

Menurut studi itu juga, penjilat cenderung bersikap kasar kepada rekan kerjanya yang bukan dari posisi atas. Mereka sering melewakan rapat atau membuang waktu berseluncur di internet daripada bekerja karena energinya sudah terkuras untuk menyenangkan atasannya.

Kebanyakan orang menyukai pujian. Namun, sebuah penelitian Harvard Business Review menunjukkan, manajer yang menjilat CEO lebih mungkin berkhianat. Baik di depan, namun mengkritik di belakangnya. Pujian memang tidak selalu tulis. Akan tetapi, CEO yang sering dipuji cenderung mengalami demoralisasi oleh orang yang sama.

Umumnya, penjilat mengharapkan promosi. Namun, beberapa penelitian dan bukti empiris membuktikan, karyawan yang jujur, tulus, terbuka, lugas, dan suka membantu mendapatkan rasa hormat dan perhatian manajemen dari waktu ke waktu. Selain itu, kebanyakan orang secara naluriah dapat membedakan mana yang tulus dan yang tidak. Sehingga, bisa diartikan penjilat hanya menghabiskan waktu dan upayanya dengan hal sia-sia.

“Yes man” hanya akan membawa masalah bagi dirinya sendiri. Disarankan untuk menggunakan fakta serta logika saat mendukung atau menentang ide atasan. Katakan blak-blakkan alasan di balik ketidaksetujuan Anda. Ini akan lebih berguna ketimbang hanya manggut-manggut, tetapi di belakang menggerutu.

Mengutip Business Management Daily, kepala petugas budaya untuk 15Five mengatakan, seorang Yes Man sama merusaknya dengan karyawan yang tidak mengatakan apa-apa sama sekali.

“Menahan informasi dengan tepat apa yang ingin didengar seseorang dapat menimbulkan bahaya yang sama dengan tidak mengungkapkan kebenaran dari masalah tersebut,” katanya.

Selain karyawan yang gagal memebrikan umpan balik dengan jujur dan bermanfaat, serta membantu perusahaan tumbuh dan berkembang, perilaku itu dapat menciptakan lingkungan kerja beracun.

“Anggota tim lainnya menjadi tidak aman jika Anda terlalu memilihak penjilat karena mereka mengatakan ya di setiap sudut pandang Anda, itu akan menghilangkan kredibilitas dan kepercayaan tim terhadap Anda,” ungkap CEO Mercer Mettl, Siddhartha Gupta.

David Selinger, Co-Founder & CEO Deep Sentinel juga pernah mengatakan, atasan selalu lapar dengan interaksi umpan balik di timnya. Sehingga, dia merekomendasikan untuk melakukannya lebih awal dan lebih sering.

Lalu, bagaimana cara agar dapat meningkatkan kesuksesan dalam karir tanpa menjilat?

  1. Tingkatkan performa kerja. Ingat, kesuksesan dimulai dari kerja keras.
  2. Bangun hubungan berkualitas dengan rekan kerja. Karyawan yang sukses memahami kekuatan jaringan positif dengan bahu-membahu memperkuat hubungan dengan tim kerja.
  3. Tidak sungkan bertanya. Saat menjalankan tugas, tak jarang kita menemukan kesulitan. Tanyakan kepada rekan kerja untuk menemukan solusinya.
  4. Hindari berpolitik di tempat kerja. Tidak memihak siapapun saat ada keributan.
  5. Perlakukan semua orang dengan hormat dan bermartabat.

Dunia mungkin tidak sepenuhnya adil. Lanjutkan pekerjaan dan fokus pada yang harus dilakukan. [rif]