Scroll untuk baca artikel
Blog

Lato-Lato dan Keterbelahan Sosial Jelang 2024

Redaksi
×

Lato-Lato dan Keterbelahan Sosial Jelang 2024

Sebarkan artikel ini

AWAL tahun 2023 salah satunya dikejutkan dengan tren mainan Lato-lato, anak-anak memainkannya dengan riang gembira. Permainan tradisional ini sempat dimainkan Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Jenis mainan anak-anak ini viral hingga orang dewasapun memainkannya. Di media sosial, baik platform tulisan maupun platform video membahasnya. Bahkan permainan tren awal tahun ini bisa dimainkan secara online, permainan lato-lato dapat diunduh di Google Play Store. Permainan digital karya Play Castle ini telah diunduh lebih dari 100.000 kali.

Cara memainkan mainan anak ini sangat mudah dan sederhana, caranya dengan mengangkat tali dan menariknya agar kedua bola bertabrakan sehingga menghasilkan bunyi.

Bunyi tek-tek-tek ini sangat melengking sehingga ketika mendengarkan seakan kebisingan menggangu telinga.

Perlu diketahui bahwsanya permainan tradisional ini sudah berkembang sejak lama hanya untuk saat ini berbahan bola plastik. Ada beragam sebutan tiap daerah, sedangkan nama asli Lato-lato berasal dari bahasa Bugis. Sedangkan orang Jawa menyebut mainan ini dengan nama etek-etek, sementra di Jawa Barat dikenal dengan nama nok-nok.

Lantas apakah manfaat dari permainan lato-lato? Permainan anak ini dinilai mampu meningkatkan kosentrasi anak dan mengetahui hukum fisika. Akan tetapi efek atau dampak buruk dari permainan yang sangat membahayakan yakni karena permainan ini dimainkan di tangan.

Sehingga jika tidak piawai dalam bermaian kulit dan tulang tangan bisa lecet dan bengkak, terlebih lagi pada usia anak dimana tulang masih rentan.

Lato-lato tanda zaman

Lato-lato menjadi mainan tren di tahun 2023, apakah ini tanda zaman bahwasanya sebagaimana cara memainkan lato-lato dengan membenturkan antar bola.

Apakah ini pertanda bahwa Indonesia akan mengalami benturan antar kelompok kepentingan. Terlebih lagi dalam kontes pemilu 2024, tahun 2023 merupkan tahun rawan atau persiapan menuju tangga demokrasi.

Bangsa ini telah mengalami berbagai macam benturan, baik benturan secara fisik maupun benturan di media sosial. beberapa tahun ini Indonesia mengalaminya, tidak ada penengah yang ada hanya dua kelompok.

Masih ingatkan beragam istilah cicak dan buaya, kadrun, kampret, dan cebong yang ramai di media sosial. Semua dihembuskan begitu saja oleh para penikmat media sosial terlebih lagi para buzzer.

Hingga saat ini masih dirasakan benturan tersebut, meski belum sampai pada benturan fisik antar kelompok kepentingan. Namun hadirnya mainan lato-lato bisa menjadi penanda, bahwa bangsa Indonesia masih mengalami benturan sosial.

Sehingga masyarakat saat ini mengalami keterbelahan sosial, hanya ada dua kelompok kepentingan. Namun kelompok kepentingan tersebut tidak berimbang, maka agar keterbelahan sosial tersebut tidak berlanjut perlu ada penengah.

Kelompok yang menjadi penengah atau diluar dari dua kelompok kepentingan hadir untuk memperbaiki penyakit-penyakit yang diakibatkan keterbelahan sosial. Mari kita tunggu…