Angin siang semakin terasa panas di tambah dengan terik mentari begitu menyengat tubuh menjadikan kulit semakin hitam dan kering. Di taman mimpi ini, yang rapat dan di padati pepohonan dan bunga-bunga bermekar indah terasa menyebarkan keharuman, serta anak-anak kecil berlarian ke sana kemari riang gembira bermain dengan sesamanya.
Terlihat seorang pemuda duduk di bawah pohon berteman kan daun-daun yang begitu lebatnya. Tampak dari raut wajahnya tersimpan seribu tanda tanya, tapi sudah dapat di pastikan maksud dan tujuannya. Sebab jika seseorang datang ke taman mimpi berarti dia ingin mendapatkan kepuasan dan jawaban tentang masalah yang di dapatinya.
Pemuda itu tampak murung dan termenung sendiri, secarik kertas dan bolpoinnya menari-nari indah dengan balutan goresan yang penuh makna. Tubuhnya begitu kurus lemah. Sesekali mulutnya selalu berbicara sendiri, bahkan sedikit demi sedikit air matanya membasahi pipi lembutnya. Di lempar bolpoin dan kertas yang berada di tangan ke atas, langit biru tak mampu menangkap isyarat maksudnya.
“Akan aku buktikan bahwa aku bisa mewujudkan mimpimu”. Jerit suara itu memecah keheningan taman mimpi. Apa maksud perkataan pemuda itu! Kelihatannya ada rasa penyesalan yang keluar dari seluk beluk pendiriannya.
Selama mengarungi bahtera kehidupan pemuda itu penuh dengan cita-cita dan harapan. Tekadnya yang kuat terkadang selalu membuat optimis baru, permasalahan yang berat pun selalu ia tuntaskan dengan logika dan emosionalnya.
Kenyataan juga membuktikan setiap ujian ia selalu mendapatkan nilai bagus, banyak kegiatan yang ia ikuti dari jurnalistik, kesenian dan bahkan karate.
“Kenapa kau tinggalkan aku sendiri di sini”. Perlahan mulutnya dan tetesan air matanya membuat suara itu terasa memilukan.
“Mengapa ini harus terjadi pada diriku, apa ada yang salah denganku tolong jawab pertanyaanku”. Ia menyesal dan kemarahannya semakin memuncak, karena satu masalah berat telah menimpanya.
Ketika itu ia ingat di bangku sekolah yang penuh dengan keriangan dan ketenangan batin. Saat kenangan indah bersamanya, selalu menemaninya dalam melangkahkan kaki untuk mengejar cita-cita tapi harus pupus.
Dialah gadis imut-imut bernama Erina, seorang gadis yang mendampingi kasih dan sayangnya. Gadis itu telah meninggalkan dirinya, bukan karena putus cinta atau di jodohkan sebab gadis itu telah terlebih dahulu di jemput Tuhannya.
“Tuhan mengapa Kau begitu kejam, padahal baru beberapa waktu dia menemani aku, pantaskah Kau ambil nyawanya. Mengapa Kau tidak mengambil nyawaku”.
“Bukan maksud aku ingin menganiayanya atau sekadar untuk bersenang-senang, tapi aku sudah punya rencana yang baik untuknya”.
“Tuhan…apakah Kau tidak tahu maksudku, aku percaya Engkau maha mengetahui tapi mengapa Kau tidak takdirkan dia untukku”. Rencana Tuhan memang terkadang berbeda dengan skenario manusia. Setiap keinginan terkadang tidak dapat di wujudkan.
Takdir…! Siapa yang tahu, setiap manusia hanya bisa berusaha dan doa sebagai jalan terakhir untuk memantapkan usaha kita. Hanya Tuhanlah yang menentukan segalanya.
Suara-suara itu bergema menjulang menyebar di setiap sisi taman mimpi. Kini suara-suara dari mulut pemuda, tiba-tiba menghilang dan membentuk gumpalan irama cinta yang menyejukkan. Coretan penanya ia ambil kembali dan di situ hanya bertuliskan “Maafkan dan ampuni aku wahai Tuhanku…dan aku hanya bisa berpasrah di setiap sujudku”.
Nikmatilah kehidupan ini dengan nyanyian mimpi dan tarian harapan, setiap kejadian pasti ada hikmah dan Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita.