Scroll untuk baca artikel
Berita

Maghrib Mengaji, Kearifan Lokal Betawi yang Terus Dilestarikan

×

Maghrib Mengaji, Kearifan Lokal Betawi yang Terus Dilestarikan

Sebarkan artikel ini
Maghrib Mengaji
Ustaz Ihsan Al Fatih (putra alm KH Aslih Ridwan) bersama Mas Pram dan Bang Doel

Forum Jakarta Maghrib Mengaji lahir untuk merawat dan mengembangkan tradisi Maghrib Mengaji, budaya luhur masyarakat Betawi yang mengedepankan nilai-nilai agama dan sosial.

BARISAN.CO – Maghrib Mengaji merupakan tradisi masyarakat Betawi yang telah berlangsung turun-temurun. Kebiasaan mengaji di masjid, musala, atau rumah guru ngaji pada waktu Maghrib ini menjadi bagian dari kearifan lokal yang mengakar di komunitas Betawi.

Para ulama dan ustaz Betawi dikenal sebagai pelopor gerakan ini, menjadikannya sebagai budaya yang sarat nilai spiritual dan sosial.

Pada masa kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, tradisi Maghrib Mengaji diformalkan melalui Forum Jakarta Maghrib Mengaji, yang dipimpin oleh almarhum KH Aslih Ridwan.

Forum ini bertujuan mengorganisasi dan memperluas cakupan gerakan, menjadikan Maghrib Mengaji sebagai sarana mempererat kebersamaan umat Islam di Jakarta.

Namun, Ustaz Ihsan Fatih, putra dari almarhum KH Aslih Ridwan, menegaskan agar gerakan ini tidak dikaitkan dengan politik praktis.

“Maghrib Mengaji adalah budaya sosial masyarakat yang seharusnya tetap murni dan tidak dijadikan alat dukungan dalam pilkada,” ujar Ustaz Ihsan.

Dalam diskusi bersama Ustaz Ihsan, Pramono Anung menyampaikan apresiasinya terhadap gerakan ini.

“Gerakan Maghrib Mengaji merupakan inisiatif yang sangat baik dan telah berjalan dengan baik selama masa kepemimpinan Bapak Anies Baswedan sebagai gubernur. Saya berharap forum ini terus dirawat dan dikembangkan agar menjangkau seluruh umat Islam Jakarta,” ungkap Pramono.

Ia juga menyatakan komitmennya untuk melanjutkan dukungan terhadap Forum Jakarta Maghrib Mengaji jika terpilih sebagai gubernur DKI Jakarta.

“Ini adalah gerakan penting yang perlu didukung oleh pemerintah agar tradisi mulia ini terus hidup dan bermanfaat bagi masyarakat,” tambahnya.

Maghrib Mengaji tidak hanya menjadi wujud ketaatan agama, tetapi juga simbol kebersamaan dan penguatan moral bagi masyarakat Betawi dan umat Islam di Jakarta.

Gerakan ini diharapkan terus berkembang tanpa kehilangan esensinya sebagai budaya yang murni dan sarat nilai keagamaan. []