Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Makna Rezeki Tidak Akan Tertukar, Takdir dalam Lauh Mahfudz

Redaksi
×

Makna Rezeki Tidak Akan Tertukar, Takdir dalam Lauh Mahfudz

Sebarkan artikel ini

Rezeki berasal dari kata razaqa, yarzuqu, rizqan yang artinya anugerah baik itu kekayaan, nasih, kenikmatan, nafkah

BARISAN.CO – Acapakali mendengar kata bijak “rezeki tidak akan tertukar” dan persoalan rezeki merupakan hal dunia yang senantiasa dikhawatirkan manusia. Banyak orang bekerja keras ingin mendapatkan materi, sehingga lupa makna rezeki yang hakiki.

Berikut ini akan jelaskan makna yang terkandung dari kata bijak ‘rezeki tidak akan tertukar.’ Sebelumnya perlu dipahami arti rezeki, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB) rezeki adalah sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan, selain itu memiliki arti penghidupan dan pendapatan.

Sementara menurut teks bahasa arab, rezeki berasal dari kata razaqa, yarzuqu, rizqan yang artinya anugerah baik itu kekayaan, nasih, kenikmatan, nafkah.

Manusia harus meyakini atau beriman atas rezeki yang dilimpahkan Allah Swt, sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surah Al-Hud ayat 6:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).” (QS. Hud: 6).

Makna yang terkandung dari ayat di atas yakni bahwa Allah Swt telah menjamin rezeki setiap makhluk. Bergitu juga hewan melata di bumi baik itu kecil maupun besar, hidup di darat maupun di lautan.

Bahkan Allah Swt mengetahui tempat dimana hewan atau binatang tersebut tinggal, sehingga rezeki setiap makhluk tentunya tidak akan tertukar.

Hal ini sudah digariskan dan dituliskan dalam lauh mahfudz (kitab), bahwasanya telah tercatat Allah Swt berfirman dalam surah Al-An’am ayat 38:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ وَلا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ

Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am: 38).

Jadi perihal rezeki tidak akan tertukar, jodoh, maut, maupun senang dan bahagia sudah tercatat dalam kitab lauh mahfudz. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda tentang takdir:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الـْمَصْدُوْقُ: (إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمَاً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الـْمَلَكُ فَيَنفُخُ فِيْهِ الرٌّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَالله الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلاذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَايَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إلا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Artinya: “Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bercerita kepada kami, dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan: ”Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah (gumpalan darah) selama itu juga, kemudian menjadi mudghah (gumpalan daging) selama itu juga. Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan ruh kepadanya, dan dia (malaikat tadi) diperintah untuk menulis 4 kalimat (perkara): tentang rezekinya, amalannya, ajalnya dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia.