Scroll untuk baca artikel
Kolom

Mampir ke JIS, 13 Tahun Penantian Warga Jakarta

Redaksi
×

Mampir ke JIS, 13 Tahun Penantian Warga Jakarta

Sebarkan artikel ini

AKHIR pekan lalu penulis berkesempatan mengunjungi Jakarta International Stadium (JIS) di bilangan Sunter, Jakarta Utara. Sangat penasaran terutama dengan sejumlah testimoni influencer dan juga YouTuber yang mengunggah kunjungannya di stadion yang disejajarkan dengan Benerbeu, kandang kesebelasan kelas dunia Real Madrid.

Naam, ternyata semua pengakuan jamaah yutubiah tersebut benar adanya. Tidak dilebih-lebihkan dan tidak dikurangi. Kalau kata anak muda kiwari, stadion pengganti lapangan sepak bola Lebakbulus yang digusur pada 2009 itu, amazing!

Penampakan stadion sudah mendekati tahap akhir atau sekira 98 persen. Jalan, taman dan saluran air sudah terbangun sangat rapi. Kecuali di luar area bagian stadion masih tampak kumuh karena di sana memang masih banyak pedagang kecil yang menyediakan makanan dan minuman setidaknya bagi 3.000 pekerja yang bekerja siang dan malam.

Masuk ke area parkir juga sudah sangat rapi. Tempat parkir memang tidak terlalu luas dan hanya menampung untuk sekira 500 unit mobil. Soal tempat parkir yang minim itu akan dibahas selanjutnya.

Pintu masuk elektronik di semua gerbang sudah terpasang. Penulis diarahkan masuk melalui Lobby Barat.

“Saya di lantai Mezanine, Mas,” kata Melissa, staf PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

“Masuk parkir, naik lift dari lantai 1 ke lantai M,” tambahnya mengarahkan.

Wow, lantai Mezanine sangat lapang. Mirip lobby hotel dengan beragam sofa dan mejanya. Lantai ini memang diperuntukan bagi penonton atau tamu VVIP.

Kesempatan itu dimanfaatkan untuk berfoto untuk sekadar diunggah ke media sosial atau share ke kelompok perbincangan.

Awalnya berniat untuk menjajal lapangan namun ciut nyali setelah Melissa memperingatkan. “Hati-hati Mas, ada baud yang jatuh.”

Jakarta International Stadium. Bukan sok ngingris atau sekadar gaya-gayaan. Penamaan itu sebagai bagian dari upaya Jakarta sebagai kota yang siap masuk ke dalam komunitas global. Apalagi, status sebagai ibu kota negara sudah diamputasi oleh Ibu Kota Negara Nusantara.

* * *

JIS diyakini akan menjadi stadion kebanggaan warga Jakarta dan juga Indonesia. JIS di bangun tidak semata hanya untuk olahraga tetapi juga dapat difungsikan untuk kegiatan multievent seperti kebudayaan, konser musik, kegiatan komersial, sosial dan juga keagamaan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan kehadiran JIS juga diharapkan akan bermanfaat bagi warga di sekitarnya. Penduduk di sekitar stadion dibangunkan rumah susun dan asal mata pencaharian mereka juga tidak tercerabut.

“Warga sekitar stadion mata pencahariannya adalah petani. Maka di sekitar JIS akan dikembangkan urban farming yang melibatkan mereka,” ujarnya.

Nah, soal tempat parkir yang sangat minim Anies memberikan alasan. Memang JIS dari struktur bangunan sudah dirancang sangat ramah lingkungan. Dari mulai atap yang bisa dibuka-tutup hingga sirkulasi udara di dalam stadion berkapasitas 82 ribu orang tersebut.

“Stadion JIS terintegrasi dengan commuterline dan TransJakarta. Jadi nanti penonton ke stadion cukup jalan kaki,” kata Anies.

Lagu “Hari Ini Pasti Menang” terdengar syahdu di dalam stadion. Kualitas sound di stadion juga memang dirancang untuk standar konser kelas dunia.

Kelompok musik Nidji sudah menjajalnya. Mereka berdecak kagum. Tak ada noise, tak ada suara sumbang.

Memang, suara sumbang hanya milik para politikus walaupun sudah didampingi pemandu karaoke. [Luk]