Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Manajer yang Buruk Merupakan Alasan Utama Karyawan Tidak Bahagia

Redaksi
×

Manajer yang Buruk Merupakan Alasan Utama Karyawan Tidak Bahagia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Tidak semua pekerjaan yang dilakukan oleh tiap orang menyenangkan. Beberapa diantara mereka bahkan merasa tidak bahagia dengan pekerjaan yang dijalani.

Hal itu tidak mengherankan jika melihat jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup pada 2017 yang menemukan 85% orang tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Alasan utamanya ialah manajer mereka.

Hubungan yang baik antara manajer dan staf dapat membantu dalam membentuk tim yang produktif, mencapai target, dan rukun. Bahkan, sebuah survey yang dilakukan oleh OnePoll mengungkapkan pekerja kantoran di Amerika Serikat lebih memilih mendapat umpan balik tentang perannya (53%) dibandingkan kompensasi ekstra (48%).

Wakil Presiden Motivosity, Logan Mallory sebagaimana dikutip dari studyfinds.org, mengatakan, manajer merupakan kunci budaya perusahaan yang hebat karena mereka mampu memengaruhi perasaan karyawan yang datang ke tempat kerjanya setiap hari. Sehingga Logan menyarankan agar manajer dapat membawa sikap positif dalam bekerja dan berkomunikasi secara konsisten.

“Anggota tim memberikan upaya terbaiknya ketika mereka bekerja dengan seseorang yang mereka hormati dan percayai,” kata Logan.

Logan menambahkan, jika manajer dapat menetapkan prioritas, memeriksa satu persatu keadaan anggota stafnya, dan memberikan masukan dengan pendekatan konsultatif.

“Jika manajer melakukan itu dan memastikan pekerjaan sehari-hari tim diperhatikan dan dihargai, itu akan membuat perbedaan,” terangnya.

Lalu, apa saja alasan orang-orang tetap bertahan dari pekerjaan mereka?

1. Memiliki tanggungjawab untuk diri sendiri bahkan keluarga adalah sesuatu yang kompleks. Mungkin dengan tabungan yang dimiliki, seseorang masih mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun bagaimana dengan biaya sekolah anak serta tagihan-tagihan yang muncul tiap bulannya? Itu yang menjadi pertimbangan pertama, karyawan bertahan.

2. Belum adanya kepastian mendapatkan pekerjaan di tempat lain. Terutama disaat banyaknya saingan dan juga kualifikasi yang terlalu tinggi. Tak jarang membuat karyawan berpikir keluar dari pekerjaan tidak sebanding dengan peluang kecil untuk mendapatkan pekerjaan di tempat lain.

3. Membayangkan hal buruk yang belum terjadi. Bagaimana jika manajer di tempat baru lebih buruk? Bagaimana jika nyatanya pekerjaan saat ini lebih baik? Pikiran-pikiran ini membuat orang kesulitan melangkah lebih jauh karena sudah membayangkannya.

4. Tidak tertarik memulai dari awal. Saat telah lama bekerja, jabatan seseorang kemungkinan akan naik. Meski tidak menyukai pekerjaannya, orang-orang seperti ini akan mempertahankan senioritasnya dibanding harus memulai di tempat baru.

5. Poin terakhir ialah mereka sudah nyaman dengan gaji yang didapatkan. Untuk sebagaian orang, selagi bisa mendapatkan gaji yang bagus, mereka anggap sepadan untuk bertahan dari pekerjaan mereka.

Orang-orang bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Mereka memiliki harapan dari pekerjaan mereka untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Bekerja dengan senang hati akan meningkatkan produktifitas. Sayangnya, tak semua orang memiliki kesempatan itu. Maka, beruntunglah orang-orang yang memperoleh kebahagiaan dari pekerjaannya. [rif]