Scroll untuk baca artikel
Puisi

Mangut – Puisi Eko Tunas

Redaksi
×

Mangut – Puisi Eko Tunas

Sebarkan artikel ini

P E R P I S A H A N

Terbangun dari mimpi buruk tengah malam
Merasa sendiri di ruang penuh warna
Apakah kota masih melelapkanmu
Membawamu ke mimpi tentang taman berjanji
Lawang Sewu atau Kota Lama riwayat kita
Heritage yang mencatat sejarah Mberok

Aneh serasa hidup si hitam Basquiat
Melangkah di malam jalanan New York
Memindah klasikisme Belanda ke pop Amerika
Lalu mural atau grafiti di kanvas kontemporer
Di dinding ruang beku oleh jam perpisahan
Bagai Michael aku dan lagu tentang kehilangan

Warna dan garis telah tertoreh di kenangan
Di taman Raden Saleh atau jejak para punk
Aku terduduk di sejarah buram sebuah negara
Serupa bohemian di satu kota jam malam
O semangkok mi Jawa yang aku santap
Serasa bahwa aku menjelma anak kost…

Semarang 30 Mei 2021

C A

Masih situasi ekonomi lebaran pandemi
Harga-harga mungkin belum turun
Masak ca saja ya yang cepat meriah
Ini hari air pam keluar dua hari sekali
Jadi setelah mencuci Happy mau memasak
Aku bertugas belanja ke pasar rakyat

Sambil melatih ingatan tanpa catatan
Kembang kol lima ribu tanpa kol
Brokoli limaribu jebul nggak boleh
Ini satu sepuluh ribu, yang ini limabelas
Apa boleh buat, nggak boleh dipecel-pecel
Memangnya negara banyak partai

Ideologi dan partai pun terbelah jadi dua
Baiklah, tempe dan ikan kucing
Telor ayam setengah kilo berapa
Lho malah turun, cuma sebelas ribu
Terus tahu bakso, kesukaan presiden dan oposan
Tidak lupa bawang goreng dan sambel sasetan

Dari dulu sama menu kulinernya
Hanya nilai uangnya yang berubah
Suka nggak suka aku ikut makan walau nggak selera…

Semarang 25 Mei 2021

M A N G U T

Hari ini anak perempuanku minta mangut
Aku pun diminta isteriku pergi ke pasar
Mumpung masih pagi ikan segar menanti, katanya
Mangut lapan, terong ungu dua
Tempe?
Kalau bapak mau pakai tempe boleh saja

Jangan lupa ikan untuk si pus, tambah Happy
Aku pun gembira menyapa kucing dan daun pucuk merah
Pagi bagai senyum Indonesia saat pacaran
Tapi dasar namanya cinta turunan mangut
Selalu saja ada konflik pasar rakyat semesta
Sejak para pendahulu bahkan kala Mataram lama

Seperti pesan Happy juga di dapur riwayat
Aku beli mangut di Budhe, minta yang daging tebal
Baru ke Mbak Pesek ayu beli terong dan lain-lain
Lapak-lapak menyimpan sejarah panjang Palestina
Lalu lorong Myanmar cintaku pada Angel
Belanja habis limapuluh ribu plus ongkos parkir

Hidup sebenarnya sederhana serupa mangut terong tempe
Kita saja yang mirip kucing malas mintanya diladeni lalu kerah…

Semarang 24 Mei 2021