Scroll untuk baca artikel
Blog

Menanam: Cara Chozin Berterima Kasih Kepada Alam

Redaksi
×

Menanam: Cara Chozin Berterima Kasih Kepada Alam

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COPagi itu Chozin Amirullah terlihat sedang memanen sayuran dari halaman rumahnya. Hampir setiap hari ia merawat tanamannya dengan kesungguhan. Ia mengenal dunia bercocok tanam sudah semenjak dari ia kecil.

Sebagai anak petani, Chozin sapaan akrab pria asal Pekalongan ini, sering ikut kedua orangtuanya menanam padi, menyandung rumput, dan hingga proses memanen. Kala itu, ia belum menekuni cocok tanam sepenuhnya. Sekadar menjalankan tugas dari orangtua. Namun, pengalamannya itu kemudian membuatnya mengetahui bahwa setiap tanaman memiliki cara menanam yang berbeda-beda.

Pernah mengenyam pendidikan di luar negeri, tak lantas ia melupakan sejarah hidupnya. Di antara kesibukannya, ia menyempatkan waktu untuk belajar menanam secara serius. Pria berkacamata ini kemudian memutuskan untuk menekuni secara serius bercocok tanam ketika ia telah memiliki rumah yang kini ia tinggali bersama keluarga kecilnya.

“Sebelum punya rumah sendiri, rumah saya itu hanya tembok. Sekarang, asri dan adem karena banyak tanaman,” selorohnya sambil tertawa.

Gagal Menanam

Setiap orang pernah mengalami kegagalan termasuk yang dialami oleh Chozin dalam hal menanam. Sebagai orang yang telah berkecimpung dalam dunia bercocok tanam sejak kecil, ia berkali-kali gagal.

Dulu, ketika masih di kampung ketika menanam padi, keluarganya gagal panen karena diserang hama. Sekarang pun, ia masih mengalami hal yang sama dengan penyebab yang berbeda. Sayuran yang ia tanam bahkan di media tanam hidroponik, salah dalam mengukur pupuk. Jika terlalu banyak, itu membuat tanaman tidak akan menjadi subur melainkan kering dan mati.

Chozin sering kali gagal dalam menanam seledri. Ia belum menemukan formula yang tepat. Ketika di rumah memasak menggunakan seledri, ia memotong bonggolnya, kemudian direndam menggunakan air selama sehari, dan ia pindahkan ke dalam media tanam.

“Terkadang bisa tumbuh, namun tak jarang juga didapati batangnya busuk akibat airnya terlalu banyak atau pun mati karena kekurangan air,”

Menanam itu salah satu cara berterima kasih kepada alam yang telah memberikan kehidupan. Tanaman menghasilkan oksigen yang dibutuhkan untuk hidup. Bukan hanya memberi air untuk disiramkan, tetapi juga perhatian. Jika dirawat dan diperhatikan dengan baik, tanaman pun akan memberikan timbal balik.

Timbal baliknya, jika tanaman itu bunga, maka ia akan tumbuh dan berbunga sedangkan jika tanaman itu buah, maka ia akan berbuah dan dapat dimakan.

“Prinsipnya saya memiliki keyakinan bahwa manusia, hewan, dan tanaman adalah makhluk hidup. Beda perlakuannya dengan benda tidak hidup. Jika makhluk hidup pasti memerlukan perlakuan yang penuh ketelitian, kesabaran, dan lebih mengandalkan timbal balik. Ada aksi-reaksi, respons. Sehingga pada hakikatnya itu adalah dialog. Dialog kita dengan makhluk hidup yang sedang kita rawat,”

Mungkin bagi sebagian orang menanam itu hal sepele. Tidak. Tidak semua orang bisa menanam karena dalam proses menanam ada kesabaran dan ketelitian yang tidak semua orang memilikinya. []