Oleh karena menyadari arti pentingnya menjawab pertanyaan Aya, saya selalu berusaha bertanya kepada orang lain yang sedang berada di sekitaran kami. Pernah dia asyik memperhatikan hewan kecil, kebetulan ada anak lain yang sedikit lebih tua darinya. Saya biarkan dia bertanya-tanya pada anak tersebut, yang menyebutnya sebagai bapak pucung.
Jika saya tidak mengetahui dan kebetulan tidak ada orang di sekitar yang bisa ditanya, maka saya mengatakan tidak tahu. Biasanya dilanjut dengan janji akan melihatnya apakah ada di buku tentang tumbuhan atau hewan di rumah.
Kami memang cukup rajin membeli berbagai buku semacam itu. Sayangnya, ada beberapa jenis tanaman dan hewan di sekitar rumah yang tidak tercantum di buku tersebut.
Pengetahuan tentang jenis tumbuhan menjadi salah satu faktor bisa tidaknya melakukan praktikum di olimpiade sains SMP bidang Biologi. Aya sejak awal paling tertarik di bidang ini, dan agak kurang terdukung oleh kondisi lingkungan rumah.
Beruntung, pada saat olimpiade sains SMA, yang lebih dikedepankan adalah kemampuan analisis. Dalam hal ini, Aya menyukai dan mampu menguasai secara sangat baik. Dia pun berhasil memperoleh medari perunggu tingkat nasional.
SAYA bersyukur karena keluarga dekat banyak yang memahami secara baik tentang rasa ingin tahu anak-anak. Salah satu contohnya adalah kakek, ayah dari suami. Ketika kakek yang bertamu selama beberapa hari di rumah kami, beliau mengecat pagar rumah dengan meni kayu. Adli yang baru berusia 3 tahun tertarik mendekat dan bertanya “Kenapa warnanya merah [oranye]? Tidak sama dengan pagar sebelah.”
Kakeknya menjawab “Untuk pelapisnya dulu”. Ditanya lagi, “Kenapa?” Dijawab, “Biar awet” Masih terus bertanya, “Kenapa?” dan seterusnya. Kakeknya tampak sabar melayani dan menjawab satu per satu. Kakek yang bermukim di Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini berpulang ke hadlirat Allah sekitar setahun kemudian.
Tentang harus berterus terang jika tidak tahu saya sampaikan ke semua orang-orang yang ada di lingkungan rumah. Seperti: asisten rumah tangga, sopir dan pegawai toko.
Om Supri, sopir yang sekaligus pegawai toko bangunan kami menceritakan tentang pengalamannya bertanya jawab dengan Adli, ketika masih duduk di Taman Kanak-Kanak.
Adli ke sekolah yang diantar dengan mobil pick up pengangkut barang dagangan kami, mendadak bertanya, “Berapa kecepatan cahaya, om?” Om Supri pun menjawab, “Wah, om tidak tahu, Mas. Tetapi om tahu kecepatan mobil ini”. Ditunjuknya speedometer kecepatan mobil. Adli memperhatikannya, dan perbincangan pun berlanjut seputar alat itu.