Scroll untuk baca artikel
Blog

Mengenal Sepak Terjang dan Karya-Karya Sapardi Djoko Damono yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Redaksi
×

Mengenal Sepak Terjang dan Karya-Karya Sapardi Djoko Damono yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Google menampilkan doodle bertemakan perayaan ulang tahun Sapardi Djoko Damono yang ke-83. Sang penyair yang memiliki peran penting dalam dunia sastra Indonesia.

Sapardi diilustrasikan google tengah berdiri di tengah rintik hujan dengan mengenakan topi dan kacamata khasnya, Sapardi membawa payung hingga buku.

Ilustrasi tersebut menggambarkan salah satu kumpulan puisi terkenal yang dibuat sang maestro perangkai kata, Hujan Bulan Juni. Karya romantis dan impresif yang tak akan lekang oleh waktu melalui simbol alam sebagai sesuatu yang hidup sebagaimana dirasakan manusia (personifikasi).

Selain sebagai kumpulan puisi memuat 102 karya yang terbit pada 1995, Hujan Bulan Juni juga ternyata sebuah novel yang terbit pada 2015. Bahkan novel ini termasuk dalam trilogi, karya kedua dan ketiganya terbit pada 2017 berjudul Pingkan Melipat Jarak dan 2018 berjudul Yang Fana Adalah Waktu.

Novel Hujan Bulan Juni yang terbit pada 2015 diangkat ke layar lebar pada 2 November 2017 oleh sutradara Hestu Saputra. Film itu dibintangi Adipati Dolken, Velove Vexia, Baim Wong, Surya Saputra, hingga Widi Dwinanda.

Profil Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono (SSD) lahir pada hari ini di Solo, Jawa Tengah tahun 1940. Ia merupakan putra pertama dari pasangan Sadyoko dan Saparian.

Pendidikan yang dijalaninya adalah SR (sekolah rakyat) Kraton “Kasatriyan”, Baluwarti, Solo, lalu SMP Negeri II Solo.

SSD banyak menghabiskan masa kecilnya di perpustakaan untuk membaca setiap buku yang didapatkan. dan mulai menulis puisi saat bersekolah di SMA Surakarta.

Setelah lulus SMA, ia kuliah di Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pernah memperdalam kajian kemanusiaan (humanities) di University of Hawaii, Amerika Serikat (1970-1971).

Pada 1980, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi berjudul Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur.

Sapardi bekerja sebagai dosen tetap, Ketua Jurusan Bahasa Inggris, IKIP Malang Cabang Madiun, tahun 1964—1968. Dia diangkat sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang, tahun 1968—1973.

Sejak tahun 1974 bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia. SSD menjabat Pembantu Dekan III, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia tahun 1979—1982. Lalu diangkat sebagai Pembantu Dekan I pada 1982—1996. Dan menjadi Dekan pada 1996—1999 di fakultas dan universitas yang sama.

Tahun 2005, SSD memasuki masa pensiun sebagai guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Meski pensiun, ia masih mendapat tugas sebagai promotor konsultan dan penguji di beberapa perguruan tinggi, termasuk menjadi konsultan Badan Bahasa.

Di samping bekerja sebagai dosen di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, Sapardi pernah menjabat Direktur Pelaksana “Yayasan Indonesia” Jakarta (1973—1980), redaksi majalah sastra Horison (tahun 1973), sebagai Sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (sejak 1975); sebagai anggota Dewan Kesenian Jakarta (1977—1979); sebagai anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta (sejak 1983); sebagai anggota Badan Pertimbangan Perbukuan Balai Pustaka, Jakarta (sejak 1987); sebagai Sekretaris Yayasan Lontar, Jakarta (sejak 1987); dan sebagai Ketua Pelaksana Pekan Apresiasi Sastra 1988, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta (1988).

Pada 1986, Sapardi mengemukakan perlunya mendirikan organisasi profesi kesastraan di Indonesia. Ia mendirikan organisasi bernama Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (Hiski) pada 1988. SSD menjadi Ketua Umum Hiski Pusat selama tiga periode.