Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Menghayati Khumul

Redaksi
×

Menghayati Khumul

Sebarkan artikel ini

Dan kita menikmati kondisi demikian, padahal Syekh Ibnu ‘Athaillah mengandaikan kita sedini mungkin harus mengentaskan diri dari kubang kekonyolan. Kita kudu mengubah diri, menarik diri, dan lantas menenggelamkan diri dari upaya-upaya fetisisme.

Sejarah mencatat, yang gampang mencuat ke ketinggian tangga popularitas, gampang pula surut dari peredaran. Ada dai yang mendadak terkenal, tapi tak butuh waktu lama ia pun tenggelam, bahkan tervonis busuk.

Ada motivator kondang, kata-katanya sedemikian menyihir dan melenakan, tapi lagi-lagi gampang surut, bahkan kini serasa tak satu pun orang bersedia mendengar petuahnya. Ya, publik berasa kejam, akhirnya. Tapi bagaimana lagi, memang demikian hukum media sosial, hukum digital. Naik-turun apa dan siapa sedemikian cepat, dan kerap tak terduga.

Oleh karena itu, sekiranya bisa sedikit menahan diri, mendalami hikmah idfin wujudaka fi ardlil khumul, niscaya selamat. Kita berendah diri untuk tidak buru-buru terkenal. Menggembleng diri untuk tidak gampangan tersorot oleh orang lain, singkat kata bersedia menghayati khumul.