Scroll untuk baca artikel
Opini

Menguatkan Hubungan Orang Tua dengan Sekolah Menurut Anies Baswedan

Redaksi
×

Menguatkan Hubungan Orang Tua dengan Sekolah Menurut Anies Baswedan

Sebarkan artikel ini

“Jangan mengirim anak ke sekolah seperti mengirim pakaian kotor ke laundry. Kita kirim dalam keadaan kotor, lalu kita berharap pakaian kembali dalam keadaan bersih dan terlipat rapi, hanya dengan membayar. Kita perlu terhubung dengan sekolah, terlibat lebih banyak dalam proses pendidikan anak-anak kita.” Anies Baswedan, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan/Gubernur DKI Jakarta

Banyak orang tua yang salah kaprah dengan sekolah. Tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak. Namun mereka mengartikan hal itu secara keliru. Mengirim anak ke sekolah mereka anggap sudah menunaikan kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Akibatnya, banyak yang menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu ke sekolah. Masukkan anak ke sekolah, biarkan sekolah yang mengurus semua, kita tinggal terima beres. Masih belum beres? Panggil guru les.

Ini pola pikir yang keliru. Sekolah hanyalah pembantu kita dalam menjalankan pendidikan anak. Aktor utamanya adalah kita sendiri. Kita harus menunaikan tanggung jawab itu dengan menetapkan tujuan pendidikan anak-anak kita, yaitu mempersiapkan mereka untuk jadi orang-orang yang mandiri dan tertib menaati aturan-aturan dan norma sosial. Kemudian secara spesifik kita tetapkan anak kita akan menjadi sosok dengan karakter seperti apa. Itu menjadi dasar dalam kita memilih sekolah.

Setelah memasukkan anak ke sekolah tugas kita tentu tidak selesai. Kita harus terus memantau perkembangan belajar anak, untuk memastikan anak kita tumbuh sesuai tujuan pendidikan tadi. Pertama, kita pantau apakah proses pendidikan di sekolah berjalan lancar. Apakah anak kita berinteraksi secara sehat dengan guru dan anak-anak lain. Juga kita periksa apakah dia bisa menyerap materi pelajaran dengan baik. Kalau ada masalah, kita harus menyelesaikannya.

Mendampingi anak belajar adalah hal yang sangat penting. Kita harus tahu, apa kesulitan anak. Kalau memungkinkan, kita sendiri yang mengajari. Jangan sekadar melihat nilai tes anak. Perhatikan proses belajarnya, pertumbuhan pemahamannya. Periksa, di bagian mana dia tidak paham. Dengan pemahaman kita terhadap karakter anak, bantu dia memahami. Bimbing dengan penuh kasih sayang.

Berkomunikasilah dengan baik dengan guru-guru. Jangan hanya komunikasi saat mengambil rapor. Jadikan guru anak-anak kita sebagai mitra penting kita dalam mendidik anak. Pastikan anak-anak kita mendapat perhatian dan kasih sayang dari mereka. Ingat, mereka adalah pengganti kita saat anak-anak kita berada di sekolah.

Ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan, Dr. Anies Baswedan mencanangkan gerakan “Mengantar Anak ke Sekolah”. Anies sendiri, naik sepeda motor membonceng anaknya sampai ke sekolah. Untuk apa? Ini adalah gerakan penyadaran soal pentingnya hubungan orang tua dengan sekolah. Ini adalah pernyataan sikap, bahwa kita tidak mengirim anak ke sekolah dan melepaskannya begitu saja. Ini adalah pengingat di awal, bahwa kita bertanggung jawab penuh soal pendidikan anak kita.

Ini juga cara menyampaikan pesan yang sama kepada guru-guru, dan anak-anak kita. Bahwa kita mengantarkan anak, secara sementara waktu, untuk kita bawa pulang Kembali. Selama anak kita berada di sekolah, kita tetap memantau perkembangannya.

Tentu saja ini hanya simbol. Tindakan ini harus diikuti dengan berbagai upaya lain seperti yang dijelaskan di atas, secara intensif, fokus, dan penih tanggung jawab. [rif]