BARISAN.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja di Jawa Tengah. Jokowi mengawali kunjungannya di Kab. Sragen, dilanjutkan ke Kab. Grobogan dan juga meresmikan Pasar Johar Kota Semarang.
Di Grobogan Jokowi mengunjungi pasar umum, lalu menyapa para pedagang yang sedang melakukan aktivitas berjualan. Di pasar umum Jokowi memberikan bantuan berupa sembako dan bantuan tunai.
Sambil menyerahkan bantuan, Jokowi mengatakan ini untuk tambahan modal, Rabu (5/1/2021).
Jokowi juga mengingatkan kepada para pedagang untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan, termasuk memakai masker saat berjualan.
“Jangan lupa pakai masker ya. Saya pakai masker,” ucap Presiden sambil menunjukkan masker yang digunakannya.
Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke beberapa daerah di Jawa Tengah didampingi Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Wakil Bupati Grobogan Bambang Pujiyanto. (BPMI SETPRES/UN).
Selanjutnya Presiden Jokowi berkunjung ke Kota Semarang untuk meresmikan pasar Johar.
Watak Orang Semarang
Sebagaimana diketahui bahwa Pasar Johar mengalami musibah luar biasa yakni kebakaran pada bulan Mei tahun 2015. Semenjak itu para pedagang yang jumlahnya mencapai ribuan pedagang harus direlokasi ke sebelah Masjid Agung Jawa Tengah. Lalu pada pada tanggal 5 Februari mulai pengerjaan pembangunan Pasar Johar Selatan dan Pasar Kanjengan.
Bagi warga Kota Semarang, Pasar Johar memiliki nilai historis yang tidak dapat dipisahkan dengan karakter orang Semarang.
Menurut budayawan Semarang Djawahir Muhamad, Pasar Johar memiliki nilai kesejarahan. Fisik bangunan Pasar Johar sebagai cagar budaya maupun nilai non fisiknya yang tidak teraba sebagai warisan budaya Semarangan.
Djawahir Muhammad menuliskan jika ingin mengetahui watak orang Semarang maka kenanglah Pasar Johar. Sebab Pasar ini merupakan pasar yang hidup 24 jam, pagi dan malam mempresentasikan tradisi wong Semarang.
Jika menilik Pasar Johar sebagai interpretasi karakter orang Semarang. Dapat dipahami sebelumnya bahwa masyarakat Semarang tergolong memiliki sifat-sifat yang religius. Memiliki jika kewirausahaan atau mandiri untuk berwirausaha.
Begitu juga sifat orang Semarang menonjolkan orang yang egaliter dan memiliki keterbukaan (equality).
“Masyarakat Semarang memiliki nilai-nilai budaya lokalnya sebagai wong jawa maupun wong pesisir,” terang Djawahir.
Namun demikian menurut Djawahir, dua varian budaya orang Semarang lebih dekat dengan tradisi budaya pesisir alias wong pesisir.
“Secara historis Semarang pernah berada di bawah kedaulatan keraton Surakarta yang feodalistik. Namun juga mayoritas menjadi pemeluk Islam yang egaliter, equality, dan menganjurkan pemeluk-pemeluknya hidup mandiri yakni punya jiwa wirausaha alias pedagang,” imbuhnya.
Selain itu orang Semarang mewarisi budaya hybrid yakni percampuran dengan budaya asing dan percampuran budaya Belanda.
Mewarisi budaya hybrid karena di Semarang tumbuh masyarakat yang berkoloni seperti perkampungan etnis Tionghoa, di Pekojan ada perkampungan etnis Arab. Begitu juga percampuran budaya Belanda, sebagaimana nasib orang Indonesia yang mengalami penjajahan Belanda. (Luk)