Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Pendapat Ulama dan Aliran Teologis Tentang Syafaat

Redaksi
×

Pendapat Ulama dan Aliran Teologis Tentang Syafaat

Sebarkan artikel ini

Syafaat dari Nabi Muhammad Saw kepada orang-orang yang disukainya. Sehingga banyaklah penghuni neraka yang dikeluarkan beliau.

Kalau ada orang membantah tentang adanya Syafaat, maka sesungguhnya mereka adalah orang yang keliru, karena mereka menentang hadits yang shahih ini yang diriwayatkan oleh dua orang imam hadits yang termahsyur, yaitu Imam al-Bukhori dan Muslim.

Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini adanya Syafaat di akhirat, khususnya dari Nabi Muhammad Saw.

2. Mu’tazilah dan Khawarij

Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa ia akan memberikan Syafaat kepada umatnya yang  melakukan dosa besar, seperti di sebutkan dalam sebuah hadits berikut ini:

قال رسول الله صلىالله عليه وسلم: إن شفاعتى يوم القيامة لاهل الكبائر من امتى

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Syafaatku dihari kiamat adalah untuk pelaku dosa besar di antara umatku.

Kaum Mu’tazilah menolak adanya Syafaat pelaku dosa besar karena menurut mereka hadits di atas merupakan khabar ahad, tidak diketahui apakah shahih atau tidak. Oleh karena itu, hadits tesebut tidak dapat dijadikan hujjah.

Bahkan Syafaat betentangan dengan salah satu dari ajaran pokok mereka, yaitu al-wa’d wa al-wa’id (janji dan ancaman). Memiliki pandangan mereka Nabi Muhammad Saw tidak memberikan Syafaat kepada orang yang tidak berhak mendapat pahala merupakan perbuatan buruk.

Kaum Mu’tazilah dan Khawarij mengingkari adanya Syafaat bagi manusia yang  tergelincir melakukan dosa besar. Kaum ini juga tidak mengakui bahwa orang-orang diperintah untuk tidak masuk neraka dan dan yang telah masuk neraka tidak akan keluar (setelah menjalani siksa beberapa waktu yang sesuai dosa yang diperbuatnya).

Menurut al-Qurtubi, pendapat Mu’tazilah dan Khawarij tersebut didasarkan pada pertimbangan akal manusia yang terbatas. Mereka menimbang baik dan buruk nilai berbuatan manusia berdasarkan pertimbangannya sendiri.

3. Ibnu Taimiyah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat, bahwa Syafaat adalah berupa doa yang dimohonkan oleh Nabi Muhammad Saw, yang kemudian diterima oleh Allah Swt.

Pengertian ini dipahami dari hadits-hadits riwayat Sahihain (al-Bukhori dan Muslim) sebagai berikut:

عن ابى هريره قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم — ارفع رأسك سل تعطه وقل يسمع واشفع تشفع فارفع رأسى فاحمد ربى بتحميد يعلمنى ثم اشفع فيحد لى حدا ثم اخرجهم من النار وادخلهم الجنة ثم اعوذ فاقع ساجدا مثله فىالثا لثة اوالرابعة حتى ما بقي فىالنار الا من حبسه القران (رواه البخا رى ومسلم)

Dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Angkatlah kepalamu, mintalah apa saja akan diberi, katakanlah apa saja akan di dengar, bantulah orang lain akan diterima bantuan itu! Maka saya angkat kepala saya –kata Nabi SAW-maka saya puji Tuhan dengan perkataan puian yang diajarkan kepada saya, kemudian saya beri bantuan kepada orang. Maka diberi garis kepada saya, kemudian saya keluarkan orang-orang dari neraka dan saya masukkan ke dalam surga, kemudian saya ulangi sujud serupa itu ketiga kali dan keempat kali sehingga tidak ada lagi yang tinggal dalam neraka kecuali  orang-orang yang telah ditetapkan al-Qur’an akan menjadi penghuni neraka selama-lamanya. (HR. Bukhari Muslim)